"Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih
Suci lahir dan di dalam batinn
Tengoklah ke dalam sebelum bicara
Singkirkan debu yang masih melekat."
Sepenggal lagu "Untuk Kita Renungkan" , selalu menjadi backsound dalam setiap musibah yg melanda negeri ini. Kontestasi Pilpres membuat konsekuensi pilihan dan dukungan. Namun dalam kadar ultra negatif, fanatisme menyebabkan negeri ini terbelah pada dukung mendukung tanpa akhir.
Ini dimulai sejak 2014, bahkan setelah Presiden terpilihpun, kita masih terbelah. Saya mungkin masih kurang berakal politik ketika 2004 SBY terpilih, dari 5 Kandidat, 2 Masuk Final. Namun saat Presiden Jadi, bahkan anak SMA ingusan ini bisa menilai, saat itu tidak ada disparasi yg ketara seperti yang kini kita rasa.
"Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kitaÂ
yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosaÂ
atau alam mulai enggan bersahabat dengan kitaÂ
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang"
Satu lagi bait2 lagu yang layak menjadi renungan bersama, sampai kapankah kita begini, sampai jadi 2 Priode dan 2024 Ada kandidat baru? Atau yg lain akhirnya Menang lalu bertarung kembali di final 2024? Adakah Jaminan kita bersatu?