Mohon tunggu...
Vania Natalie
Vania Natalie Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa dengan semangat menulis demi Indonesia yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum K13 Gagal, Ini Solusinya!

10 Februari 2023   12:00 Diperbarui: 13 Februari 2023   15:40 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Gagal, kaku, padat, dan membosankan menjadi kata-kata yang mewakili kurikulum 2013 untuk sebagian besar murid Indonesia bahkan untuk sang Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim. Oleh sebab itu, dikembangkan kurikulum merdeka dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang dihadapi Kurtilas.

Kurikulum K13, kurikulum nasional pengganti Kurikulum Tingkat Satu Pendidikan (KTSP) mulai diterapkan pada tahun 2013/2014. Kurikulum K13 sendiri dikembangkan dengan memenuhi 2 dimensi kurikulum, yaitu rencana dan pengaturan terhadap tujuan, isi,  bahan pelajaran, dan cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum yang pertama kali dicetuskan oleh Professor Muh. Nuh ini memiliki tujuan untuk menciptakan manusia Indonesia yang unggul dan berkualitas melalui 6 karakteristik yaitu, pengembangan kompetensi berimbang antara sikap sosial, spiritual, dan pengetahuan, kontekstualisasi sekolah, fleksibilitas waktu, kompetensi yang rinci, kompetensi inti sebagai unsur pengorganisasi, dan akumulatif, yang berarti saling memperkuat dan memperkaya. Sementara 4 fokus kompetensi K13 terdapat dalam bidang spiritual, pengetahuan, sosial, dan keterampilan. 

Kelemahan Kurikulum K13 

Kurikulum 2013 yang diimplementasikan secara mendadak tercermin dari tindakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang terpaksa menurunkan target implementasi kurikulum 2013 dari 30 persen dari total sekolah menjadi hanya 2 persen. Selain itu, Ketua Dewan Pertimbangan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menilai proses penyusunan K13 tidak transparan karena tidak ada keterlibatan guru pada proses perkembangan K13 dengan anggapan seluruh guru dan siswa memiliki kapasitas yang sama. Perubahan yang muncul secara tiba-tiba dengan kurangnya sosialisasi kepada guru-guru yang bersertifikasi maupun non sertifikasi menimbulkan kelemahan pada kurikulum 2013. Guru menjadi bingung dan tidak siap untuk mengimplementasikan K13 dalam pembelajaran siswa. Hal ini dibuktikan melalui survei yang diadakan di beberapa kota besar yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, dan Kupang terhadap 64 guru SD dan SMP baik dari sekolah negeri dan swasta. 

Hasil survei menunjukkan bahwa masih banyak guru yang belum memahami kurtilas karena sifatnya yang terburu-buru dan dipaksakan. Guru menjadi tidak mempunyai waktu untuk menganalisis dan memahami Standar Kompetensi Lulusan, KI, KD, Buku Siswa, Buku Guru. Dokumen-dokumen penting juga tidak sempat terbaca secara mendalam karena desakan waktu. Selain itu, buku diktat dan buku teks juga terlambat dicetak dan didistribusikan ke sekolah-sekolah sehingga berdampak pada penundaan pelatihan guru. Guru pendamping yang dijanjikan hadir di kelas ternyata baru hadir pada November 2013, atau terlambat tiga bulan dari jadwal semula. Hal ini membuat guru tidak yakin terhadap keberhasilan kurikulum 2013 dan pesimis kurikulum 2013 dapat meningkatkan mutu. 

Salah satu kelemahan lainnya dalam Kurikulum K13 adalah materi yang terlalu padat sehingga guru guru dipaksa untuk menyelesaikan rentetan materi yang panjang dan murid dipaksa untuk mengerti setiap pembelajaran yang diajarkan secara cepat dan terkadang melewatkan konsep dasar sesungguhnya. Ditambah dengan rentan waktu yang sangat singkat untuk memilih jurusan, saat sampai di semester ke-2, siswa akan diwajibkan untuk mengejar materi peminatan sesuai jurusan yang dipilih. Hal ini semakin mendorong guru untuk mengejar materi yang begitu banyak sehingga para guru rentan untuk tidak memperdalam konsep, melainkan hanya memprioritaskan terkejarnya materi semester itu.

Mari kita ambil contoh pada pelajaran matematika, pada kelas 10, murid sudah dibebankan dengan tujuh materi matematika wajib selama guru seperti dikejar kejar untuk menyelesaikan tujuh bab materi tersebut dalam kurun waktu satu tahun. Ditambah jika murid memilih IPA, akan ada tiga bab tambahan matematika minat yang harus dikejar oleh guru dan dipahami siswa. Guru terpaksa mengejar pengajaran 13 bab yang terdiri atas puluhan sub bab, di sisi lain, murid terpaksa memahami semuanya dalam jangka waktu 1 tahun, tidak heran jika guru tidak bisa terlalu mengeksplorasi dan mendalami satu topik pembelajaran dan hanya fokus pada terkejarnya materi K13 sedangkan murid merasa kewalahan oleh banyaknya materi yang diberikan.

Selain itu, kepadatan materi juga tentu saja memperpanjang waktu murid murid untuk duduk manis mendengarkan guru di sekolah. Murid didorong untuk selalu fokus dan memperhatikan guru. Namun nyatanya begitu sulit bagi murid untuk duduk diam mendengarkan karena otak manusia rata-rata hanya mampu menyerap materi pada 20 menit pertama dan setelah itu otak akan mengalami penurunan kemampuan untuk berfokus dan menyerap materi menurut Prof Dr Hamka, Direktur Pusat Neurosains Universitas Muhammadiyah. Karena itu, waktu yang panjang ini justru bisa menjadikan pembelajaran tidak efektif. 

Apa Itu Kurikulum Merdeka?

Kurikulum Merdeka, pertama kali dicetuskan oleh Menteri Pendidikan dan Budaya, Nadiem Makarim pada Februari 2022. Kurikulum yang memiliki tujuan untuk mengejar ketertinggalan pembelajaran selama pandemi ini, menaruh fokusnya pada minat dan bakat peserta didik, dimana mereka diberi kebebasan untuk memilih mata pelajaran yang ingin mereka pelajari sesuai dengan minat dan bakat mereka masing masing. Kurikulum Merdeka sendiri memiliki 5 prinsip dasar, yaitu untuk merancang pendidikan sesuai dengan tahap perkembangan dan pencapaian peserta didik, merancang pendidikan yang mampu memperluas kapasitas belajar peserta didik, menciptakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dan karakter peserta didik, menciptakan pembelajaran yang bersifat relevan, dan mewujudkan pendidikan yang bersifat berkelanjutan. Sejauh ini Kurikulum Merdeka sudah dijalankan oleh 142,000 sekolah di Indonesia semenjak diresmikan pada 17 Februari 2022. 

Implementasi Kurikulum Merdeka 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun