Mohon tunggu...
Vanessa Catriatanie
Vanessa Catriatanie Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Sejak 2019

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Every Mom is Different, Stop Mom Shaming!

27 Februari 2020   17:08 Diperbarui: 27 Februari 2020   17:09 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mungkin beberapa dari kita belum pernah mendengar istilah "Mom Shaming". Sebagai informasi, Mom Shaming masih dalam satu payung yang sama dengan bullying. Mom Shaming sendiri merupakan tindakan menghakimi yang dilakukan oleh seseorang/ Ibu kepada Ibu lainnya mengenai pola asuh anak. Di era digital saat ini, media sosial berpotensi menjadi penadah kritik dan adu argumentasi oleh mereka yang tidak saling kenal, tapi merasa paling benar. Merekapun kerap menghamiki ibu-ibu lain yang berbeda pendapat atau cara memperlakukan anak. 

Pernahkah kalian mendengar ketika seseorang mengatakan "Kok gendong bayi nya kayak gitu sih?" atau "Kok anaknya masih kecil uda dikasih makan itu?". Hal-hal inilah yang kerap dikenal dengan Mom Shaming.  Ibu yang dikritik dan dihujat pun seolah-olah dipermalukan. Penyebab seorang ibu melakukan mom shaming antara lain adalah rutinitas mengasuh anak yang menyebabkan kebosanan. Dalam keadaan emosional seseorang cenderung mudah mengeluarkan komentar tentang orang lain dan iri dengan apa yang dimiliki orang lain. 

Krisis identitas diri kadang membuat seorang ibu merasa lebih aman berada didekat kelompok yang memiliki pemikiran yang sama, hasrat ingin diakui juga kadang membuat seseorang melontarkan komentar terhadap ibu yang lainnya. Banyak orang yang secara tidak sadar melakukan Mom Shaming dengan alasan hanya ingin mengedukasi, seakan-akan mereka benar dan lebih mengerti tentang pola asuh anak. 

Berkomentar terhadap pola asuh orang lain sah-sah saja, tapi perlu diingat, jangan sampai komentar yang kita sampaikan justru membuat orang lain sakit hati. Seperti kalimat yang dilontarkan oleh Elder M. Russell Ballard mengenai Mom Shaming, yaitu "There is no one perfect way to be a good mother. Each situation is unique. Each mother has a different challenges, different skills and abilities, and certainly different children. The choice is different and unique for each mother and each family". 

Banyak dari kita yang lebih mudah mengeluarkan kritikan dari pada pujian. Seharusnya sebagai sesama Ibu kita harus saling mendukung, memberikan semangat dan pujian dari pada mengkritik dan menjatuhkan. Karena setiap Ibu memiliki pola asuh yang berbeda-beda, namun semua Ibu pasti tau apa yang terbaik untuk buah hatinya.

Seorang Ibu baru biasanya mengalami kurang tidur dan kondisi emosi tidak stabil yang terkadang mengarah pada sindrom baby blues. Bayangkan saja, jika kita sebagai Ibu tersebut, mengalami baby blues dan mom shaming sekaligus. Can you imagine? Dampak dari mom shaming bisa mengakibatkan depresi, hilangnya rasa percaya diri, meningkatnya kecemasan tentang pola asuh anak karena takut dikritik, serta berbahaya bagi kesehatan ibu dan buah hati. Bagi para Ibu baru yang mengalami Mom Shaming, saya ingin berbagi cara mengatasi Mom Shaming. 

Pertama, Mom Shaming tidak bisa dicegah, karena itu hak mereka untuk berbicara dan mengkritik. Namun apabila kita memiliki mental yang kuat, kita tidak perlu memikirkan apa kata orang dalam menilai kita. Perlu Anda ingat, bahwa selama kita hidup akan ada orang yang terus mengkritik kita dan kita tidak hidup untuk menyenangkan semua orang. 

Justru jadikan kritikan tersebut motivasi bagi kita untuk menjadi lebih baik. Kedua, kita tidak perlu baper atau insecure, setiap kehamilan berbeda, setiap ibu berbeda, setiap anak berbeda, dan setiap pilihan yang tepat untuk buah hati Anda patut dihargai. Stay Positive Mom!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun