Mohon tunggu...
A Evan
A Evan Mohon Tunggu... Freelancer - engineer

penikmat seni

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kau Selalu Hadir di Semesta Cintaku

6 Juni 2020   10:03 Diperbarui: 6 Juni 2020   09:54 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

sudah lima tahun berlalu saat terakhir kali aku melihat kau yang selalu aku cinta di dalam hati, sampai sekarang kau selalu saja hadir di setiap waktu membayang jelas setiap aku sendiri dan hanya aku dan bayanganmu saja. aku memang si perindu yang tak pernah punya nyali untuk mengungkapkan segala apa yang kurasa, entah kenapa aku begitu kuat soal menyimpan rasa yang dalam ini, rasa yang seperti ombak menggulung - gulung di tengah samudra kini harus mencari pantai untuk menuntaskan gejolaknya. tak seperti kebanyakan orang, menganggap cinta adalah sesuatu yang dapat di bekukan kepada seseorang pujaannya, hingga berusaha untuk dapat memiliki. aku tidak, mungkin cintalah yang membawa ku mengembara ke pulau - pulau tak terlihat, ke sudut - sudut tersembunyi, dan kedalam palung yang tak terjamah duniaku. kurasakan ia kadang selalu mengembang menembus ruang dan waktu, dan kadang mengempis menetap di dalam hatiku. entah apa kah ini, kata hatiku selalu membawa ku padanya. kemanapun aku pergi ia senantiasa hadir. 

aku dengar ia akan pulang besok sore, dari perantauan kota yang juga membekas dalam hidupku. lalu apakah yang akan aku lakukan?, kata hatiku selalu mendepak ku "diamlah, ikuti aku."

keesokan harinya tepat pukul 10.00 pagi aku bersiap, kupilih pakaian yang paling aku sukai, ku tebar minyak wangi ke sekujur tubuhku yang jarang sekali aku pakai, selintas membawa kenangan ku kepadanya.aku berhadapan dengan cermin, aku tersenyum bahagia saat ini, sudah lama sekali rasanya aku tak pernah serapi ini. aku bergegas dan keluar dari pintu rumah, tujuan ku ke tepi jalan tempat rinduku terpaut. setiap belokan, ataupun jalan lurus di gang - gang kecil rindukku ini semakin bergejolak tepat diarahkanya aku ke pusat gejolak yang tak terperi itu. di depan sebuah warung tua aku diam menunggu kehadirannya yang setiap saat aku puja di dalam kejauhan. kini aku gugup ketika membayang ia hadir di depan mataku sendiri. 

lalu lintas yang sepi, kedengar setiap deru bis yang melintas di depanku. aku selalu tunduk seakan malu untuk menatapnya kalau saja ia ada di antara kaca jendela bis yang lewat itu. setiap deru mesin yang mendekat disitu juga makin menguatnya perasaan ini. aku nikmati setiap detiknya seakan tak ingin melewati saat - saat ini.

kini hampir 5 jam aku duduk disini, diam seribu bahasa. matahari yang perlahan bergerak menjauh, aku yang teronggok disini seperti pohon yang diam membisu. 

apakah aku akan menemuinya kalau ia sudah sampai, ataukah aku hanya memandangnya dari jauh saja. "hey, anak muda jangan kau kecewakan ia"lagi - lagi hatiku menggugat ku. mungkin aku sudah tak waras, berjam - jam menunggu hingga lapar dan haus pun aku tahankan. penderitaanku hari ini seperti sebuah keasyikan yang aneh yang tak mampu aku jelaskan aku sangat menikmatinya, munngkin ini yang tetap membuat ku bertahan tak bergeming menunggu. 

matahari mulai memudar pancarannya, bersebrangan dengan ufuk tetapi di seberang jalan ini bahkan matahari cintaku tak kunjung tiba. aku yang terhanyut dari tadi pagi segera tersadar, bahwa apa yang aku tunggu itu hanyalah kerinduan. ia tak pernah datang dan ia tak pernah untuk pulang. kabar yang aku dengar kemarin hanyalah khayalku saja, bahwa cukuplah kerinduan membawa ku kepada kenangan dan cukuplah ia tetap aku cinta di dalam kehidupan jiwaku. aku harus kembali, cintaku sudah aku temui di dalam kenangan. lantas aku menegaskan ketidak inginanku untuk seumur hidup bisa menatap lagi cintaku, biarlah aku mengembara bersama cinta ini membawaku berkeliling semesta rahasia ku dengannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun