Mohon tunggu...
A Evan
A Evan Mohon Tunggu... Freelancer - engineer

penikmat seni

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sparing Partner Covid-19

13 April 2020   18:25 Diperbarui: 13 April 2020   18:22 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bisakah kita berkenalan dengan virus yang belakangan ini menghantui segala aspek kehidupan kita? Siapakah gerangan mahluk yang kita klaim penyebutannya sebagai covid-19 ini? Dan darimana kah ia muncul di tengah - tengah kehidupan kita sehari - hari yang kita anggap ia berasal dari salah satu daerah di china itu, yang lambat laun semakin merambah ke teras - teras rumah kita, menggedor - gedor pintu rumah mental kita.

Tak ada yang bisa membayangkan umumnya fenomena ini terjadi di tengah problem dunia yang semakin artifisial ini. Sadar atau tidak sadar ia menjadi kenyataan dan mempengaruhi suasana batin dan perilaku kita, yang tadi nya seseorang itu hidup dengan santai kini dipaksa untuk panik, walaupun tidak sebaliknya begitu yang sebelum - sebelumnya panik akan kompleksnya probelm situasi nasional dan global di todong lagi oleh mahluk corona untuk semakin panik sehingga belum apa - apa sudah kalap dan kehabisan energi.

Satu kemungkinan menurut saya dari sebuah covid-19 yang terjadi hari ini adalah sebuah perubahan, bisa jadi itu perubahan mental, fisik, pola hidup, maupun sosial, budaya, ekonomi serta politik. Memang sebagian para kaum modern menunjukan bahwa selama ini pakem - pakem yang sudah mengeras menjadi akik itu tiba - tiba cair bagi diterjang kejadian ini, sikap hiporia, hedonis, ultra-konsumerisme, materialisme sentris, hingga high cultur market orang modern mulai terlihat perlahan - lahan terkikis. 

Apa selanjutnya? Hanya 2 Kemungkinan : kembali ke nilai - nilai tradisonal (gotong - royong, desentralisasi, etno-culture, primordial) atau dari nilai - nilai post-mo (pasca-modern) atau juga tetap melanjutkan suatu sistem rapuh tersebut. Sudah jelas segala dimensi modernisme hari ini disebabkan oleh mahluk kecil yang sedikit nakal ini, telah meradikalisasikan bangunan - bangunan yang sudah mapan hingga di kacaukan olehnya.

Amat lucu memang, dimana tongak sejarah manusia yang kita tau saling menyusun strategi demi strategi dalam pemenuhan hasrat pikiran, doktriner suatu instansi, emosi kolektif serta produk - prosuk kontemplasi imajiner tanpa pernah kita melihat realitas yang lebih dalam lagi dari abad 14 sampai sekarang. Apakah itu peta - peta besar Komunis, sosialis, demokrasi liberal, kripto nasionalime, anarkisme, ataupun belakangan produk khilafahnya HTI. 

Oke itu pun tidak menjadi masalah, karena itu juga suatu reaksi solusi dari sedikit ketidak tepatan kehidupan yang diprediksi semakin mengarah kepada penghancuran sistem oleh sistem itu (kalau katanya karl marx), tetapi kenyataan yang terjadi di depan mata kita sekarang amat sangat tak terbayangkan sebelumnya memang. Itupun tak perlu energi sebesar pentas perang dunia untuk menggoncang sedikit sistem ini. Oleh karena itu kita berharap adanya wabah ini menjadi kan kita untuk lebih berpikir ialah bukan pada siapa yang salah atau apa yang salah tetapi apa setelahnya dan bagaiman? 

Dan mungkin terlalu naif memang bagi sebagian, dimana kiranya masa depan kita di dalam menyusun peradabab sebaiknya harus melibatkan bukan hanya dimensi horizontal tetapi adanya dimensi yang lebih hulu lagi, yaitu Tuhan. Agar kiranya kita dapat menemukan suatu mekanisme yang lebih relevan bagi keselamatan hidup manusia, serta bumi bagi tempat tinggal dan menghadapi masa depan yang kita sendiri berada di dalam punggung sejarahnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun