Mohon tunggu...
VanBarts
VanBarts Mohon Tunggu... Seniman - Hanya Orang bodoh yang mau belajar dari siapa saja, termasuk dari orang yang dianggap bodoh sekalipun

LOGIC IS THE PRECONDITION OF FAITH https://vanbarts.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tentang Sesat Pikir Logical Fallacy)

13 Mei 2019   10:36 Diperbarui: 13 Mei 2019   10:42 1833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PART I

Argumentum ad baculum.

 
Argumentum ad baculum (latin: baculus berarti tongkat atau pentungan) adalah argumen ancaman mendesak orang untuk menerima suatu konklusi tertentu dengan alasan bahwa jika ia menolak akan membawa akibat yang tidak diinginkan (sumber: Wikipedia).

Contoh: Prabowo mengatakan kalau Indonesia akan bubar tahun 2030. Hal tersebut dikuatkan oleh Fadly Zon dengan mengatakan: "Jadi begini, ini namanya warning ya. Tentu kita ingin Indonesia lebih tahun dari 1.000 tahun, sampai kiamat kalo perlu. tetapi kalau cara memimpin Indonesia seperti sekarang ya bisa kacau,".
Ini adalah cara untuk menakut-nakuti org (masyarakat) agar membenarkan apa yang mereka katakan, kalau tidak percaya maka Negara ini akan bubar. Atau dengan kata lain; pilihlah Prabowo agar Indonesia tidak bubar tahun 2030.

Contoh lainnya, sering dilakukan oleh orang tua pada anak - anak agar nurut pada mereka, misalnya: "Jangan main diluar rumah, nanti ditangkap wewe gombel" , atau "habisin makanan-nya, kalau gak dikurung pak dokter", dan lain - lain.

PART II 

False Analogy .

Sebelum kita mempelajari apa itu False Analogy (kesalahan analogi), kita perlu tau dulu apa itu "analogi". Analogi adalah membandingkan satu atau lebih keadaan tertentu  dengan keadaan yang lainnya. Secara logis formal, analogi sebenarnya tidak valid. Jadi, analogi itu berguna untuk kita menggambarkan keadaan sesungguhnya dengan cara yang lebih mudah. 

Nah, karena analogi itu sendiri tidak selalu bisa memenuhi semua kriteria keadaan yang sesungguhnya, maka dalam membuat analogi anda perlu membatasi dan menentukan persamaan -- persamaan yang tepat agar analogi anda dapat menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Setidaknya sebagian besar (analogi kuat) aspek yang ingin dijangkau dari keadaan sesungguhnya, terpenuhi.  

Kalau tidak, maka kita jatuh pada "False Analogy" (kesalahan analogi). Jadi, False Analogy adalah kegagalan membuat persamaan pada aspek aspek penting yang harus ditonjolkan  ketika dibandingkan dengan keadaan yang ingin dianalogikakan.

Lebih mudahnya kita lihat contoh yang sedang populer akhir -- akhir ini terkait pemilu. Paska pemilihan kemarin beredar quote yg dikutip dimana-mana oleh kubu 01 utk menyerang kubu 02. Begini bunyinya:

"If you don't believe in random sampling, the next time you have blood test, tell the doctor to take it all"  (AC Nielsen Jr).

Terjemahan:  " kalau Anda tidak percaya sampel random, lain kali kalau tes darah, minta petugasnya ambil semua darah Anda"

Sepintas apa yang Nielsen katakan nampak cerdas dan seperti CHECKMATE utk kubu 02, tapi tunggu dulu kawan... analogi Nielson sebenarnya sangat lemah kalau kita cermati dengan seksama. Nielson membandingkan "tes darah" dan "sampel random" dalam statistik. Perhatikan bahwa "sampel random" mengambil perilaku (jumlah) sebagian utk menilai perilaku (jumlah) keseluruhannya. 

Sedangkan dalam tes darah, umumnya tidak mengambil sampel untuk menilai (jumlah) keseluruhan darah yang ada pada tubuh, tapi untuk menilai kandungan apa dalam darah tersebut (entah virus, bakteri atau kelainan tertentu). 

Maka menyuruh orang mengeluarkan semua darahnya dalam tes darah, hanya karna orang menolak sampel random, adalah jelas tidak relevan atau tidak analog perbandingan ini. Orang tidak perlu mengeluarkan semua jumlah darahnya untuk menilai kandungan darahnya. Dengan demikian perkataan  Nielsen terssbut mengidap kesalahan pikir "False Analogy".  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun