Mohon tunggu...
Valina Khiarin Nisa
Valina Khiarin Nisa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Seorang Pembelajar yang Menekuni Bidang Psikologi, Kesehatan Mental Keluarga

Melangitkan asa, menggenggam tawakkal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengelola Ekspektasi: Penerimaan dan Lika-Liku Pejuang Long Distance Marriage

21 Oktober 2020   21:02 Diperbarui: 21 Oktober 2020   21:16 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hari-hari selama saya jauh dari suami, jauh dari keluarga, membuat saya belajar untuk mengenal diri saya lebih dalam, mengenal coping stress atau cara menanggulangi stress yang tepat buat saya, namun belum tentu tepat untuk orang lain.

Ada orang lain dengan kepribadian yang berbeda, lebih merasa lega menggunakan pesan suara untuk mengungkapkan perasaannya pada pasangan. Ada juga yang tiap beberapa jam meng-update ucapan terima kasih kepada pasangan mereka ke media sosial seperti Instagram. Ada juga yang merasa sangat lega dengan mengirim serangkaian tulisan melalui e-mail, seperti saya.

Tidak ada yang salah, karena semua itu adalah bentuk komunikasi dari masing-masing orang dengan kepribadian yang bisa jadi berbeda.

Berkaitan dengan perkembangan media sosial, pada awalnya saya adalah orang yang cukup mengkritisi orang-orang yang sering membagikan kehidupan pribadinya ke dalam akun Instagram mereka. Sharing is caring, begitu kata mereka, tapi dalam beberapa hal, saya justru merasa sharing is scaring.

Apalagi saat sedang jauh dari suami, ditambah dengan kehidupan akademik saya yang sepertinya tidak terlalu lancar. Saya malu untuk mengakui, saya iri dengan kebersamaan dengan pasangan yang terpapar di akun media sosial saya.

Ya, semoga sifat 'manusiawi' yang satu ini tidak menjadi pembenaran seumur hidup saya. Daripada menuruti perasaan iri, saya justru tertarik mempelajari perilaku manusia, khususnya pasangan di media sosial.

Menariknya, dalam sebuah konsep Relationship Maintance Behaviours (RMB) yang digagaskan oleh Merolla (2010), ada salah satu dimensi bernama network, yang juga bisa menjadi cara yang dilakukan pasangan untuk mempertahankan hubungan, baik saat menjelang LDM, maupun saat LDM. Merolla (2010) menyatakan, menjelang LDM, pasangan juga membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitar, baik berupa pendapat maupun nasehat.

Membagikan cerita tentang keluarga merupakan salah satu cara untuk memperoleh masukan dari orang lain, dengan catatan: kedua pasangan (suami-istri) telah memiliki nilai tertentu dalam keluarga mengenai apa-apa saja yang bisa dibagikan di ruang publik, dan apa-apa saja yang cukup menjadi rahasia keluarga. Hal ini tentu tidak sama tiap pasangan dengan pasangan yang lain.

Jadi, menurut konsep RMB ini, sah-sah saja bila seseorang mempersiapkan LDM dengan menggunakan fasilitas 'Question and Answer' di media sosial, atau sekadar bertanya ke lingkaran pertemanannya, untuk mendapatkan dukungan.

Selain itu, saat LDM pun tidak masalah bila masing-masing pasangan menceritakan hal-hal baik yang telah dilalui bersama di media sosial atau di lingkungan sekitar, untuk menumbuhkan keyakinan dari diri mereka sendiri. Justru, Merolla (2010) menyatakan bahwa tidak baik bila pasangan yang sempat mengalami LDM, lalu merefleksikan pengalaman long distance marriage ini kepada orang lain, tidak didahului dengan refleksi bersama pasangan masing-masing, karena bisa jadi menimbulkan pengalaman traumatis.

Tentu ada hal-hal yang bisa menjadi hikmah bersama (bisa dibagikan ke publik), ada juga yang cukup menjadi muhasabah bagi pasangan suami istri. Dengan mempelajari dimensi network dalam Relationship Maintenance Behaviours ini, batas toleransi saya terhadap paparan media sosial menjadi lebih luwes.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun