Kemudian, menurut Fong masih dalam buku yang sama mengatakan bahwa identitas budaya sebagai identifikasi komunikasi dan sistem perilaku simbolis verbal dan non-verbal yang memiliki arti dan yang dibagikan di antara anggota kelompok yang memiliki rasa saling memiliki dan yang membagi tradisi, warisan, bahasa, dan norma-norma yang sama. Identitas budaya merupakan konstruksi sosial (Samovar, Porter, & MCDaniel, 2014, h. 184).
Dapat kita lihat bahwa konsep diri yang ada dalam keseluruhan masyarakat suku Baduy tentunya berasal etnik yang dilestarikan secara turun-temurun. Etnik atau etnis sendiri menurut Kamus Besar Bahasaa Indonesia (KBBI) memiliki arti bertalian dengan kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya.
Selain itu kebiasaan atau perilaku baik dalam bentuk bahasa, norma, tradisi ini tentunya hanya dibagikan atau diterapkan oleh masyarakat suku Baduy di lingkungan adat mereka serta perilaku ini dijaga dengan baik atas dasar rasa memiliki satu sama lain.
Identitas budaya lainnya yang dapat diidentifikasi selain tingkatan masyarakat suku Baduy adalah, terdapat dua sistem pemerintahan yang dijalankan secara bersamaan oleh masyarakat suku Baduy. Kedua sistem pemerintahan tersebut adalah sistem pemerintahan adat dan sistem pemerintahan nasional sesuai dengan wilayah-wilayah lain pada umumnya.
Kemudian hal unik yang dapat kita temukan dalam sistem pemerintahan suku Baduy ialah, kedua sistem pemerintahan ini baik secara adat maupun secara nasional dileburkan atau diakulturasikan menjadi satu sehingga dalam pelaksanaannya meskipun diatur dengan dua sistem pemerintahan yang berbeda namun tidak ditemukan adanya gesekan.
Secara nasioanl, sistem pemerintahan suku Baduy sama seperti daerah lain pada umumnya yaitu dipimpin oleh seorang kepala desa atau biasa disebut jaro pamarentah. Kedudukan jaro pamarentah disini sama seperti kepala desa yaitu dibawah camat, namun secara adat suku Baduy dipimpin oleh seorang pimpinan adat tertinggi yang disebut pu'un.
Sistem jabatan pu'un umumnya sama dengan pimpinan adat lainnya yaitu secara turun temurun, namun yang membedakan atau yang menjadi ciri khas dari sistem pemerintahan adat suku Baduy adalah sistem turun temurun ini tidak secara otomatis turun ke generasi penerus pemimpin tersebut melainkan dapat turun ke pihak kerabat dari pimpinan adat tersebut.
Masyarakat suku Baduy menunjukan identitas budaya mereka dengan banyak cara, beberapa perilaku yang dapat mencerminkan identitas budaya adalah melalui penggunaan aksesoris yang khas, mengenakan pakaian adat, menggunakan bahasa Baduy, serta melalui ritual-ritual adat yang mereka miliki dan percayai.
Salah satu ritual yang dilakukan suku Baduy adalah Tradisi Seba. Tradisi Seba merupakan tanda kepatuhan suku Baduy terhadap penguasa dengan cara menghantarkan hasil bumi seperti padi, sayuran, dan buah-buahan kepada Gubernur Banten.
Selain identitas budaya, kita juga dapat mengidentifikasi suku Baduy berdasarkan klasifikasi identitas. Menurut Samovar (2014) terdapat delapan klasifikasi identitas yakni, (1) identitas rasial, (2) identitas etnis, (3) identitas gender, (4) identitas nasional, (5) identitas regional, (6) identitas organisasi, (7) identitas pribadi, dan (8) identitas dunia maya/khayalan.Â
ika dilihat mengenai gambaran suku Baduy diatas, dapat kita simpulkan bahwa identitas budaya suku Baduy terletak pada identitas etnis karena masyarakat suku Baduy memiliki kesamaan dalam keturunan, adat, agama, bahasa, norma, tradisi, tempat tinggal, serta segala perilakuyang diterapkan pada kehidupan sehari-hari masyarakat suku Baduy.
