Mohon tunggu...
Valentino Barus
Valentino Barus Mohon Tunggu... Editor - Laki-laki, tinggal di Jakarta Timur, berkeluarga (istri, dengan dua anak)

Sarjana Hubungan Internasional, lulusan UGM, minat terhadap masalah-masalah sosial politik dan kemasyarakatan. Hobbi: jalan-jalan dan berenang Berkarya di bidang penerbitan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Lompatan Jauh di Tengah Krisis

24 Oktober 2020   19:11 Diperbarui: 24 Oktober 2020   19:14 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis: Putu Suasta (kiri) dan Valentino Barus (kanan) (Dok. pribadi)

Resesi ekonomi yang menerpa hampir seluruh negara dewasa ini, tidak terlepas dari jeratan pandemi Covid-19. Sebagaimana halnya, setiap bangsa berupaya untuk terlepas dari keterpurukan ekonomi, demikian pula setiap bangsa tersebut berupaya keras untuk segera terbebas dari pandemi Covid-19 yang menerpa hampir seluruh negara di dunia. Kemampuan setiap bangsa untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi dan selamat dari ancaman Covid-19, sangat ditentukan oleh terbangun dan terjaganya nasionalisme (semangat kebersamaan dan keutuhan setiap bangsa).

Nasionalisme di masa pandemi ini, dapat diartikan sebagai kesadaran dari setiap warga bangsa untuk disiplin dan patuh terhadap pedoman dan arahan pemerintah, serta membangun solidaritas dan kesetiakawanan sosial terhadap sesama warga bangsa. Pada saat yang bersamaan, tentu juga dibutuhkan sikap konsisten dan tegas dari pihak pemerintah dalam hal ini, antara lain BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, dan kementerian/lembaga terkait lainnya. Hanya dengan kebersamaan dan kesadaran tinggi dari berbagai lembaga pemerintah, yang didukung dan ditaati oleh segenap komponen dan elemen masyarakat, maka beban dan tantangan yang menerpa, menjadi terasa ringan dan cepat teratasi.

Masih segar dalam ingatan, pidato Presiden RI pada sidang tahunan MPR dan sidang bersama DPR dan DPD dalam rangka HUT ke-75 proklamasi kemerdekaan RI, pada hari Jumat, 14 Agustus 2020 yang mengajak seluruh rakyat dan sekaligus juga sebagai instruksi yang jelas bagi seluruh lembaga pemerintahan, agar menjadikan momentum krisis sebagai lompatan kemajuan. Bangsa Indonesia tidak hanya ingin terlepas dari pandemi, tetapi lebih dari itu yaitu melakukan lompatan besar untuk mengejar ketertinggalan, transformasi besar, untuk kemajuan yang signifikan.

Krisis Multi Dimensi

Sejak pra-Pilpres 2019 hingga hari ini, bangsa Indonesia seperti tak henti-hentinya diguncang bencana. Meski secara empirik bangsa ini masih sanggup meloloskan diri dari berbagai bencana, baik bencana alam maupun buatan manusia, namun bagaimana pun tetap saja merisaukan, terutama bencana yang dihadapi hari ini.

Terhitung sejak diumumkannya kasus pertama Covid-19 dari tanggal 2 Maret 2020 hingga kini tanggal 24 Oktober 2020, jumlah korban Covid-19 di Indonesia telah mencapai 385.980 orang. Sejumlah 309.219 orang telah sembuh, sementara 13.205 orang telah meninggal dunia. (https://www.bnpb.go.id/). Dalam hal perekonomian, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa di kuartal III ini, pertumbuhan ekonomi tetap minus.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan bahwa ekonomi Indonesia akan minus 2,9%. Sebelumnya pada kuartal II-2020, Indonesia mengalami kontraksi ekonomi 5,32%. Kini Indonesia bersama dengan 49 negara lainnya, masuk dalam kelompok negara yang sedang mengalami resesi.

Sebenarnya, bukan hanya sektor kesehatan dan ekonomi saja yang mengalami goncangan dan hancur, hampir semua sektor kehidupan juga mengalami hal yang sama. Bangsa ini sedang mengalami krisis multi dimensi, yang artinya bangsa ini sedang lemah dan rentan "pecah". Keadaan ini, tidak boleh dibiarkan berlama-lama. Adalah tanggung jawab kita bersama, seluruh lembaga pemerintahan, segenap komponen dan elemen masyarakat untuk bahu-membahu, bergotong-royong untuk menjaga ketangguhan dan keutuhan bangsa.

Sebentar lagi, kita akan memperingati Hari Pahlawan pada tanggal 10 November. Suatu momen pengingat bahwa para pendahulu, telah mengorbankan jiwa dan raganya demi merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Dan sekarang, kita sebagai generasi penerus bangsa memiliki tanggung jawab besar untuk mempertahankan negara ini dari berbagai tantangan, goncangan ataupun permasalahan. Kita dituntut untuk mengisi kemerdekaan tersebut dengan berbagai pembangunan dan prestasi yang membanggakan. Oleh karena itulah, menjadi urgent terlebih-lebih di masa krisis ini, untuk menunjukkan rasa nasionalisme, rasa cinta akan bangsa dan negara.

Bertahan Hidup

Di tengah kondisi krisis multi dimensi saat ini, bangsa ini dapat diibaratkan sedang tengah berada di ring tinju. Bangsa ini mendapat serangan jab bertubi-tubi dari segala arah, dimana jab paling keras datang dari resesi ekonomi dan pandemi Covid-19 yang kasat mata. Sambil memasang double cover, ibarat petinju, bangsa ini berada dalam posisi bertahan hidup. Posisi bertahan hidup di masa pandemi ini, dipandang sebagai keputusan yang tepat atau kemenangan yang ingin diraih.

Dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi saat ini, umat manusia disadarkan akan begitu bermaknanya anugerah kehidupan yang ia terima. Setiap helaan nafas adalah kesempatan untuk berbuat baik bagi diri, sesama dan seluruh ciptaan-Nya. Dengan kesadaran yang demikian mulia tersebut, maka krisis yang terjadi ini dapat dilewati dengan penuh syukur dan mawas diri. Oleh karena itu, pilihan untuk bertahan dengan (ego) sendiri-sendiri, hanya akan memudahkan krisis multi dimensi ini memporak-porandakan kehidupan umat manusia. Sebagai manusia yang dianugerahi akal dan budi, maka sikap dan tindakan saling bahu-membahu membantu satu sama lain, hidup bersih dan sehat, tetap produktif adalah pilihan yang tepat untuk bertahan hidup.

Nasionalisme

Segenap komponen dan elemen masyarakat, khususnya tokoh-tokoh masyarakat, hendaknya mampu mengendalikan hasrat birahi kekuasaan, mengail di air keruh atau menyalib di tikungan ketika masyarakat bangsa sedang didera oleh krisis multi dimensi, utamanya krisis kesehatan dan krisis ekonomi. Saatnya, segenap warga bangsa meneladani sikap dan contoh yang telah diberikan oleh para pahlawan yang mau mengorbankan jiwa dan raganya untuk kepentingan kemerdekaan bangsa. Rakyat yang sudah sungguh cerdas, tentu sudah mampu melihat dan menilai setiap ucapan dan tindakan para pemimpin dan tokoh bangsa, dan pada saatnya mereka akan mengapresiasi dan menghargai.

Pada saat-saat seperti ini, para pemimpin dan tokoh bangsa dituntut untuk kembali membangun serta mendorong semangat cinta tanah air. Para pemimpin dan tokoh bangsa dituntut untuk satu visi dalam menyelamatkan negara dari krisis multi dimensi, khususnya dari krisis kesehatan dan krisis ekonomi. Para pemimpin dan tokoh bangsa harus mampu menjadi contoh pemersatu.

Mereka harus juga mampu membangun dan menggerakkan kesadaran kolektif akan ancaman sesungguhnya yang sedang kita hadapi bersama. Para pemimpin dan tokoh bangsa tersebut harus mampu menempatkan nation and character building sebagai upaya berkesinambungan, sehingga kemurnian perjuangan ke arah cita-cita luhur bangsa mendekati tujuannya.

Bangsa Indonesia harus bangkit dan bersatu, meresapi kekayaan watak bangsa. Kekayaan watak bangsa tersebut adalah gotong-royong, rasa kebersamaan atau solidaritas sebagai bangsa yang ditimpa musibah, keyakinan pada pengalaman sejarah yang penuh dengan keberanian berjuang. Kekayaan watak bangsa tersebut di atas adalah modal moral dan mental bagi bangsa ini untuk dapat keluar dari berbagai bencana.

Akhirnya, kemampuan Indonesia untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi dan keluar dari jeratan pandemi, sangat ditentukan oleh kebersamaan dan kesadaran tinggi dari berbagai lembaga pemerintah, yang didukung dan ditaati oleh segenap komponen dan elemen masyarakat, untuk bahu-membahu, bergotong-royong menghadapi krisis yang terjadi. Dalam kondisi krisis multi dimensi ini, hendaknya kepentingan pribadi, kepentingan kelompok dapat disisihkan. Hanya dengan demikian, maka harapan bangsa seperti yang disampaikan Presiden Joko Widodo untuk lompatan jauh ke depan, akan dapat tercapai.

Oleh: Putu Suasta dan Valentino Barus

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun