Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Boro-Boro Naikin Upah Minimum, Gaji Karyawan Swasta Saja Masih Belum Kembali Utuh!

20 November 2021   11:13 Diperbarui: 20 November 2021   23:29 4071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : kledo.com

Buat ibu menteri keuangan yang jagoan, saya tahu ibu selalu menggunkan angka-angka untuk analisis dan merumuskan kebijakan pemerintah. Saya bilang gak salah itu, bener tapi gak selalu benar. Kalo hanya main angka, tapi belanja Negara dialokasikan terlambat ke kementerian dan daerah, termasuk mengeksekusi program sang bos atas nama rakyat. Jangan kelihatannya menteri yang lainnya salah, dan bahkan pimpinan daerah yang salah. Kalo realisasi dan alokasi pembagian keuntungan putsat dan daerah. Atau gini deh, transfer pusat dan daerah tersendat, gimana dong kalo begitu jadinya, paling gak pernah terejadi kan bu? Lalu menteri lainnya kena batunya, kena semprot pak Bos. Aduh kasihan amat. Pak menteri Investasi gimana ini? lha kok ke pak binsar? ya cari tau aja sendiri.

Nah ibu pasti jagoan dalam mencari pendapatan Negara, jangan beratin pengusaha melulu dan rakyat dengan pungutan macem-macem. ada peluang dan jalan terbuka dan gak melanggar undang-undang, tancep gas, kenakan pajak apa pun yang bisa jadi sasaran, aduh ibu ini suka maen sikat ya. Tercapai belum tuh bu, realisasi asumsi pendapatan dari pajak dan pendapatan lainnya. Khususnya pajak dulu deh.  Jangan beratin pengusaha melulu, beratin rakyat, efek akhirnya nanti ke rakyat lagi, rakyat lagi.  Cukai-cukai yang berpotensi ibu naikan. Bagus bu! Bahkan saya mau ngerokok aja mikir, ini kok udah berubah harga rokoknya haha.ha. Canda! Sikat, asal jangan keblinger aja.

Tenang bu. Saya dukung usaha ibu untuk mendapatkan pemasukan Negara yang sebagaian besar dari pajak dan cukai dan pemasukan lain termasuk pemasukan negara bukan pajak dan jenis lainnya, ga perlu diuraikan lagi. Tapi bu, kalo nanti maen di belakang layar, mohon kalo mau utang emang gak ada yang ngelarang semua udah dikuasai pemerintah, jalan mulus buat ibu. Gak ada yang ragu ibu yang pinter gini bakal minjem yang gede-gede buanget dan membebani generasi berikut.  

Negara mana sih yang gak ngutang?. Tapi harapan saya nih bu, yang ngutangin jangan pakai syarat macem-macem deh bu, kalo di dikte, ibu harus berdiri terdepan sebagai warga Negara kelas terbaik di Rebublik ini dan salah satu pimpinan yang saya hormati.  Bela negara, di kedepankan. Kick mereka yang macem-macem. Jangan malah manut sama mereka bu, dan jangan berdiri dua kaki. Eh maksudnya tau kan? tetap boleh berdiri pakai dua kaki tapi jangan maen dua kaki. Menyenangkan yang ngutang agar mulus mendapat utang ringan jangka panjang buangettt.

Pokoknya saya percaya pasti ibu bisa, tapi angka-angka yang ibu jelasin itu, benar-benar nanti dalam implementasi untuk memacu roda ekonomi bisa berjalan cepat ya bu, sisa 2 tahun lho ibu di kabinet. Ya kalo terpilih lagi. Eh jangan-jangan bisa jadi wakil presiden. Ah lupakan yang pasti sekalipun tertatih-tatih sudah tergambar prestasinya  dalam angaka, terjadi pertumbuhan walau dalam kondisi begini. dua Jempol buat ibu. 

Tapi sesekali lihat dong realitasnya dan  dampaknya ke rakyat atas kebijakan ibu bersama kabinet dan dua big bos, sama gak tuh sama angka-angka itu. Bukanya kenaikan upah minum ini, berkoordinasi sama ibu juga kan? Bagus bu. Sekalipun kita belum tau sampai sejauh mana implementasinya, paling gak pengusaha sudah punya pedoman. Dan sekali lagi beri kesempatan mereka membenahi diri dan beri juga keringanan modal untuk usaha yang menyerap banyak tenaga kerja. Tapi dengan catatan utamakan pengusaha yang jujur, bukan yang ngakali pajak buat nyenangin negara.

Nah, nah, nah lagi.... Buat kita semua, pengiritan penting sekali tapi jangan sampai jadi merugikan diri sendiri dan keluarga, tetap perlu belanja bukan?. Perhatikan pedagang kaki lima, penjual di pinggir jalan. Jika mau belanja, sekalipun ada selisih harga dengan supermarket. Belilah pada mereka. Hidup mereka tergantung dari pendapatan hariannya. Tapi bukan saya gak setuju berbelanja di supermarket, yang terjamin higenis dan gak bakalan keracunan makanan kalengan. Beli produk yang dijual di supermarket yang berasal dari para petani atau industri rumah tangga. Gak usah yang import-import segala. Biar ekonomi rakyat setempat berputar.

So jalan keluar? Ya udah beberapa tadi dijelasin kan. Banyak faktor kalo mau dijelasin secara detil, ntar pake angka lagi. Yang baca mumet. Lagian nulis dipublik siapa yang mau baca analisisnya hahaha. Yang penting sekarang perhatikan rakyat, jangan biarkan mereka lapar, jika lapar dan stress, banyak gangguan dan menganggu stabilitas Negara. Saya udah ngulang yang kesekian lho ini.

Lalu yang terakhir, kurangilah ribut-ribut, moga-moga penegakan hukum tetap jalan tanpa tebang pilih dan milih nampilin berita yang bombastis dan heboh. 

Bagi yang suka nyinyir, nyinyir sepuasnya, tapi gunain bahasa yang agak sopan dikit. Udah punya hak konstitusi berpendapat dan bersuara di depan umum jangan ngelanggar undang-undang yang mengatur dan membatasinya. Nah saya juga lagi nyinyir nih.  Kalo bisa  pada saat nyinyir,  yang kritis dikit lah, jangan kebiasan sebarin hoax. Kasih dong solusi yang tepat untuk pemerintah. Ngomelin yang gak-gak, ya bisa-bisa gak dilirik, cuman mesam-mesem doang yang dikiritik. Tetap bijaksanalah memberikan solusi konkrit.

Dan bagi rakyat luas, khususnya yang hidup di bawah garis kemiskinan, pengusaha.. eh kita semua dah. Jika mendapat perlakuan yang gak baik dari aparatur Negara, jangan segan-segan lapor ke https://lapor.go.id kalo gak mau curhat terbuka di publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun