Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Boro-Boro Naikin Upah Minimum, Gaji Karyawan Swasta Saja Masih Belum Kembali Utuh!

20 November 2021   11:13 Diperbarui: 20 November 2021   23:29 4071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : kledo.com

Pekerja harian? Ya jelas, gak dapat duit hari ini, ya gak makan. Apalagi punya tanggungan anak dan isteri. Jadi perlu juga menjadi perhatian utama , biar perlu pemerintah daerah mengalokasikan anggaran, agar biarpun pedagang kaki lima dan penjual dipasar tradisonal bisa memperoleh pendapatan harian. Minimal untuk makan. Orang gak makan, laper, dan kalo laper bisa kemasukan macam-macem di pikirannya. Nah kalo yang kemasukan ide yang baik untuk mencari solusi, ok banget. Tapi kalo kemasukan ide "gila" ikutan kegiatan yang gak bener demi sesuap nasi, gimana coba pak menkopolhukam? Seperti benang kusut kan pak?

Kalo di sektor swasta, sudah pasti akan melakukan penghematan. Jadi sudah tepatlah menurt saya Kemenaker  menetapkan upah minimum 2022 naik sebesar 1,09 persen.  Boro-boro terima pegawai baru, yang mau di-PHK pun sudah masuk agenda ibu menteri? Negara ini semua kita saling tergantung, satu mata rantai kehidupan, kalau pengusaha ditekan berlebihan, dampaknya juga ke masyarakat kan? Jadi saya dukung Ibu dalam hal ini. Gak perlu ngintip angka-angka statistik segala dulu buat yakinkan dan menyenangkan rakyat. Kenyataannya rakyat dah tau kok bu.

Nah soal Bansos, udah capek kalo mau omongin ini. Terlalu banyak berita, desas-desus sampai kasus. Bahkan teganya itu kepala-kepala desa memanfaatkan dana desa, bukannya memperhatiakan rakyat yang lagi menjerit. Ini perlu dikasih hukuman yang pantas, agar ada efek jera. 

Nah dalam hal ini, control dan evaluasi dari pemerintah daerah, melalui instrument dan prosedur yang sudah ada, jalan dong. Jangan ikutan main, lebih celaka lagi. Rakyat tambah teriak. Kalo udah teriak, ya sama dengan kasus tadi yang saya jelaskan, kemasukan ide-ide dan ajakan yang memperkeruh kestabilan bangsa dan Negara.

Dunia pendidikan juga, aduh bukan ini saja sih, sektor lain juga. Ya udah pokoknya pemanfaatan dana Bos dan bantuan langsung macem-macem ke daerah 3T.  Nah, terkait dengan ini, pak mentri Kominfo perlu tuh mengevaluasi programnya, banyak daerah yang siswanya terbeban dengan paket data, belajar dari rumah. Mbok  Itu lho dana USO (dana Universal Service Obligation) yang dibayarkan operator seluler di Indonesia sebesar 1,25 persen, jadi singkatnya gitu aja biar ngerti. Cukup besar lho? Ayo mana laporan realisasinya untuk membantu daerah 3 T.

Ini lagi para operator, mbook iya.. saya tau sudah ada bantuan di awal untuk meringankan biaya paket untuk pelajar. Tapia apa semua seragam? Dan berjalan terus hingga sekolah dibuka hingga tatap muka nantinya secara nasional? Ini beban pengeluaran lho bapak dan ibu pimpinan operator di Indonesia. Nambah pos biaya selain kebutuhan pokok. Jadi ya bantuin dong masyarakat miskin. Dan evaluasi pelaksanaannnya dilapangan. Kan pendapatan selama mandemi covid-19 bukan rahasia umum lagi, naik dan melonjak tinggi, hampir di semua provider. CSR nya di tingkatin dong ahh....Tuh baca ada kenaikan upah minimal, jadi gaji karyawan dinaikan juga dong sekalipun udah di atas standar minimal. 

Kenapa saya nyinggung ini, ya ini komponen biaya rakyat, khususnya yang hidup dibawah garis kemiskinan. Belum lagi kalo mau belajar harus manjat tebing eh naik bukit nyari signal. Sengsara banget generasi covid-19 kita ini. Lama kelamaan 2 generasi bisa-bisa kehilangan kualitas pengetahuan dan pendidikan karakter, Lantaran gak maksimalnya proses belajar mengajar dan bersosialisasi. Merdeka belajar udah baik saya baca, tapi aduh implementasinya itu lho pak menteri perlu waktu untuk dipahami merata di seantero sekolah di negeri ini. Ini kan proram barunya bapak. kepinteran sih... susah dikejar. Makanya jangan berlari pak. Yang penting bersih-bersih, itu prioritas juga. 

Sampai mana sih pak hasil assessment-nya yang nyata gak ngarang-ngarang? Udah bersih-bersih belon pak masalah internal? Gak perlu saya uraikan di sini.  Saya nanya serius ini. Mumpung lagi menyoal kenaikan upah minimum, harusnya gaji guru yang sudah cukup baik, harusnya dibarengi dengan kenaikan mutu dan kualitas pendidikan dan mumpuni peserta yang sedang belajar maupun yang entar lulus. Betul apa salah? Jangan kebanyakan adopsi Harvard ke sini dong pak, ini negara kepulauan bukan kontinen. Ke sekolah aja masih naik perahu sampan, Kasihan gak yaa? Bapak ngerasa gak? Apalagi kalo udah idenya briliant di omelin sama wakil rakyat lagi. Pusiangg dah...

Nah kembali lagi ke masalah upah minum tadi, tujuanya buat masyarakat terbantukan kan oleh pengusaha? Liat saja implementasinya, masih banyak persoalan kok.. Tapi saya tetap dukung sekecil apapun ada uapaya untuk menaikan pendapatan minimal masyarakat yang bekerja.

Lalu kembali lagi ke pemerintah nih, ini mikirin Negara apa lagi cari cekeran untuk 2024? Secara pribadi yang berambisi butuh dana, parpol asalnya juga. Lalu? 2 tahun ini fokusnya kemana? Ngerampok duit rakyat dengan cara yang licin dan rapih atau mau jadi preman nekan pengusaha yang lagi benahi diri bersama karyawan-karyawannya. Kalo pengusaha besar dan segelintor orang dari mereka yang menguasai sebagain besar dana di Negara ini. Boleh lah, tapi yang kelontongan. Masak dipalakin? Mikir lah.,..mikir!

Ini saya Tanya serius, 2 tahun ini semua politisi, termasuk para menteri, wakil rakyat dan termasuk presiden dan wakil presiden, coba ditimbang-timbang, kalo gak ada timbangan, coba dipikir dengan bijak.. Kalo bobo yang dipikirin yang mana? Kesejahteraan rakyat apa mikirin strategi purta-putri mahkota yang nantinya calon petarung dalam pemilu serentak tahun 2024 nanti? Atau malah mikir pesaing dan yang suka menekan dari segala arah, pake ngancem diam-diam segala.  Coba jawab dengan jujur. Kalo bingung dan sudah mumet, bisa gak fokus, apalagi dapat tekanan kiri, kanan bahkan atas dan bawah. Celaka deh.  Keputusannya untuk rakyat dan bangsa ini bisa salah dan kadang berbuat yang gak etis lho bapak-bapak yang terhormat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun