Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

XKeyscore: Server "Mata-Mata" AS Berada di Indonesia?

5 Agustus 2013   09:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:36 4678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saking banyaknya  data yang dikumpulkan menyebakan data/catatan/informasi  hanya dapat disimpan untuk jangka waktu yang singkat yaitu selama tiga sampai lima hari, sedangkan untuk metadata disimpan selama 30 hari.  Salah satu dokumen menjelaskan bahwa  pada beberapa situs, jumlah data yang di terima per hari kurang lebih 20  terabyte dan hanya dapat disimpan untuk waktu 24 jam.

Pada tahun 2012, total  catatan yang dikumpulkan dan disimpan dalam XKeyscore untuk satu periode (30-hari ) setidaknya mencapai  41 milyar catatan.

Mungkinkah Letaknya di Indonesia?

Keberadaan server atau teknologi intelijen di negara-negara yang disebutkan dalam dokumen rahasia NSA tersebut tentunya tidak terlepas dari kerjasama intelijen yang telah dibangun oleh pemerintah AS dengan negara-neraga terkait.

Melalui judul "Counterterrorism and Intelligence Cooperation", yang dimuat dalam Journal of Global Change and Governance, Volume I, Nomor 3 tahun 2008.  Derek S. Reveron (Professor of National Security Affairs at the Naval War College in Newport, Rhode Island) menulis bahwa Indonesia dengan Amerika telah melakukan kerjasama intelijen khususnya  setelah tragedi  11 september 2001.  Sumber ini diperoleh dari Laksamana Dennis C. Blair, dari Transkrip  US PACOM (Journalists Roundtable, Lemhannas, National  Resiliency Institute, Jakarta, Indonesia, Nov. 27)

Reuters 16 Maret 2010, memberitakan tentang pendanaan Densus 88 oleh AS, dimana didalamnya menyebutkan bahwa,

  1. Ada laporan dari petugas intelijen AS di Jakarta yang  melakukan penyadapan terhadap komunikasi ponsel  dan SMS dari warga sipil Indonesia.
  2. Seorang pejabat Indonesia, yang kemudian mau berbicara dengan syarat anonimitas, mengkonfirmasi bahwa  Indoesia mendapat bantuan dari pemerintah Australia dan AS untuk bidang teknologi penyadapan canggih, dan bantuan lainnya juga datang dari Inggris dan Perancis

Mengutip pemberitaan Sydney Morning Herald dan The Age pada tanggal 13 September 2010 melalui koresponden Tom Allard, Nautilus Institue (Nautilus.org)  15 September 2010 memberitakan bahwa Densus 88, dilengkapi dan dilatih sebagian besar dilakukan oleh Amerika Serikat dan Australia. Mereka menyediakan pelatihan tingkat tinggi dalam komunikasi intersepsi,  pertempuran jarak dekat, ilmu forensik, pengawasan, analisis dan pengumpulan data intelijen.

Allan Nairn (Investigative journalist reveals that U.S. intelligence officers in Jakarta)  yang melaporkan tentang "US Intelligence Tapping Phones of Indonesian Civilians" dan kemudian diberitakan melalui Counterpunch.org, 12 Desember  2007, (sumber lainnya democracynow.org, 13/12/2007, berupa transkrip wawancara antara Juan Gonzalez dan Allan Nairn), walau tidak menyebutkan sumber secara terang-terangan, namun keterangan Allan tersebut telah dikutip  oleh banyak media di dunia,

  1. Petugas intelijen AS di Jakarta secara diam-diam melakukan penyadapan ponsel dan SMS dari warga sipil Indonesia.
  2. Informasi tentang program pengintaian AS paling tidak berasal dari tiga sumber,  salah satu dari mereka adalah seseorang yang telah bekerja secara teratur dengan pasukan keamanan Indonesia, orang tersebut telah berbicara langsung secara resmi tentang penyadapan telepon.  Hal ini telah dikonfirmasi oleh dua pejabat Indonesia yang bekerja di  Detasemen 88.
  3. Sumber pertama yang mengaku karyawan CIA namun tidak bisa  dikonfirmasi apakah mereka bekerja untuk CIA atau lembaga AS lainnya.  Dia mengatakan bahwa pekerjaanya sebagai spesialis intelijen AS membantu menjalankan jaringan penyadapan canggih dengan menggunakan peralatan baru AS.  Dia mengatakan operasi AS  termasuk pemantauan real-time dari pesan teks, serta pemetaan kontak "jaringan," yaitu.  melacak siapa yang menelepon atau SMS.
  4. Keberadaan AS di dalam Detasemen 88 telah dikonfirmasi oleh Detachment 88 official yang mengatakan bahwa tim Amerika telah melakukan pekerjaan telekomunikasi di "Bagian Intel" bersama dengan seseorang  yang mereka percaya adalah warga negara Inggris.

Pada akhirnya siapa saja dapat menyimpulkan, kalaupun memang benar adanya kerjasama intelijen tidak ada masalah, asalkan dilakukan dalam batas-batas kewajaran tanpa melanggar kedaulatan negara apalagi melakukan penyadapatan terhadap rakayat secara bebas, tentu hal ini tidaklah dibenarkan.  Perlu dengan cermat  memperhatikan dengan serius cara-cara AS melakukan "Covert Action".

Seperti memo tentang "Confrontation or Collaboration? Congress and the Intelligence Communit", Harvard, Juli 2009, yang ditulis oleh Eric Rosenbach, mengemukakan bahwa Menurut Undang-Undang Keamanan Nasional Sec.  503 (e), Covert Action adalah, "Suatu kegiatan atau aktivitas Pemerintah Amerika Serikat untuk mempengaruhi kondisi politik, ekonomi, atau militer di luar negeri, di mana dimaksudkan bahwa peran Pemerintah Amerika Serikat tidak akan terlihat atau diakui secara terbuka. "  Tindakan rahasia dianggap tepat  sebagai cara terbaik untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Covert Action, mencakup spektrum yang luas dari kegiatan intelijen, tetapi dapat mencakup Aksi Politik/Ekonomi yaitu,  Badan-badan intelijen AS diam-diam mempengaruhi kerja politik atau ekonomi dari bangsa asing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun