Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Menunggu Sikap Pemerintah Mengenai "Snowden Gate"

17 Juli 2013   00:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:27 1322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelumnya, perusahaan-perusahaan internet terkemuka dunia itu beramai-ramai membantah telah memberikan akses ke server mereka. Mereka hanya mengakui memberikan data sesuai permintaan penegak hukum, bukan memberikan akses "pintu belakang" ke server mereka. Hal yang sama juga dikemukakan oleh pemerintahan Presiden Obama, bahwa apa yang di lakukan NSA berdasarkan surat perintah pengadilan.

Untuk menanggapi bantahan bahwa NSA dapat mengakses langsung  pada server perusahaan-perusahaan besar tersebut, The New York Times (6/06/2013) melaporkan bahwa menurut sumber (Snowden), NSA mengumpulkan data dengan menggunakan sarana teknis tertentu untut menyiasati aturan yang ada. Apalagi hal ini sangat dimungkinkan berdasarkan putusan Pengadilan  Distrik AS pada tanggal tanggal 28 Mei 2013 dimana melalui  Hakim Susan Illston, Google diperintahkan untuk mematuhi Surat Keamanan Nasional yang dikeluarkan oleh FBI untuk menyediakan data pengguna tanpa surat perintah, seperti yang diberitakan The Associated Pres (31/05/2013)

Menurut The Washington Post, 29 Juni 2013, proses kerja PRISM adalah sebagai berikut,

  1. Sebelum seorang analis dapat melakukan pengawasan langsung menggunakan PRISM, seorang analis kedua di daerah subjek harus menyetujuinya. Dalam hal proses "validasi", analis kedua harus dapat menjamin bahwa pengawasan memiliki tujuan intelijen terhadap orang asing, dan terdapat "keyakinan yang beralasan" (reasonable belief) bahwa target bukanlah orang AS atau berada di wilayah AS.
  2. Seorang analis NSA memasukan satu atau lebih istilah dalam pencarian atau "selectors." Selectors dapat merujuk kepada seseorang (menurut nama, alamat e-mail, nomor telepon atau tanda tangan digital lainnya), organisasi atau subjek tertentu seperti penjualan uranium.
  3. Selama proses selectors, analisis harus mengisi formulir elektronik yang menentukan tujuan pencarian terhadap orang asing dan dasar untuk mengenalisa dengan "keyakinan yang beralasan" bahwa pencarian tidak akan menghasilkan atau terkait dengan warga AS, penduduk tetap atau siapapun yang berada di AS.
  4. Permintaan pencarian, yang dikenal sebagai "tasking," dapat dikirim ke berbagai sumber. Sebuah tasking untuk Google, Yahoo, Microsoft, Apple dan penyedia jasa internet lainnya dialihkan ke peralatan yang dipasang di masing-masing perusahaan. Peralatan ini, dikelola oleh FBI, melalui permintaan NSA untuk dapat memasuki sistem perusahaan-perusahaan tersebut secara khusus (private). Tergantung pada lingkup perusahaan, sebuah tasking dapat memberikan informasi berupa e-mail, attachments, address books, calendars, files stored in the cloud, text atau audio atau video chats dan "metadata" yang  mengidentifikasi lokasi maupun peralatan yang digunakan, serta informasi lain dari selectors.
  5. Data hasil pencarian dengan bantuan peralatan FBI tersebut kemudian di kirim ke NSA untuk diolah. Data yang diterima, pertama kali diproses oleh sistem otomatis NSA dengan kode yang bernama PRINTAURA. Sistem ini menggabungkan peran pustakawan dan polisi lalu lintas. PRINTAURA akan mengurutkan aliran data melalui satu sistem kompleks yang mengekstrak dan memproses voice, text, video dan metadata.
  6. Hasil pencarian PRISM yang sudah selesai dapat menghasilkan e-mail, login, metadata, file dan video. Setelah pengolahan, data tersebut secara otomatis akan dikirim ke analis yang membuat "tasking" pertama kali (sumber tasking). Waktu yang diperlukan mulai tasking hingga respon diperkirakan memakan waktu beberapa menit hingga jam. Seorang pejabat intelijen senior hanya akan mengatakan, "Much though we might wish otherwise, the latency is not zero." (network, latency = delay)
  7. Seluruh konten disimpan dan akan di review di kantor NSA Standards and Compliance. Ada review kedua yang dilakukan oleh FBI untuk memastikan bahwa target bukan warga negara AS atau bukan penduduk AS.

Untuk memperkuat dugaan bahwa apa yang dikatakan Snowden benar, Glenn Greenwald, seorang kolumnis koran Guardian yang pertama kali berkomunikasi dengan Snowden, mengatakan kepada The Associated Press (14/07/2013) bahwa Snowden memiliki "ribuan dokumen" yang sensitif dan merupakan "blue print" yang menjelaskan bagaimana National Security Agency beroperasi.  Atas dasar ini Greenwald berpendapat bahwa apa yang dikatakan Snowden itu benar.

Lebih lanjut menurut Greenwald, jika dokumen-dokumen lain yang merinci program-program NSA terungkap mungkin tidak menjadi ancaman bagi keamanan nasional AS, tetapi dapat berbahaya bagi pemerintah AS karena akan dipermalukan.

Jadi persoalannya adalah apakah ke sembilan perusahaan tersebut memberikan informasinya "saat diminta" atau dengan surat perintah ataukah dengan kesepakatan tertentu memberikan akses langsung ("pintu belakang") kepada NSA  sehingga NSA bebas mengakses server perusahaan kapan saja.

Kalau akses langsung memang benar dilakukan, maka ada kemungkin bahwa NSA tidak hanya memanfaatkannya untuk mencari target  yang disangka teroris, namun dapat juga dimanfaatkan untuk keperluan lain, seperti  memata-matai perusahaan asing dengan dalih untuk menjaga perekonomian dalam negeri AS atau asset mereka lainnya di luar negeri. Bila hal ini memang benar dilakukan, maka setiap negara  perlu menyadari bahwa negaranya benar-benar dibawah kontrol AS.  Wajar jika nantinya banyak negara mengecam AS.   Sikap yang sama tentunya perlu ditunjukan oleh pemerintah Indonesia.

Bila apa yang dibocorkan Snowden tersebut "tidak benar",  tentunya AS tidak akan memberikan reaksi yang berlebihan. Dalam kenyataannya, Menteri Luar Negeri AS John Kerry memperingatkan akan konsekuensi-konsekuensi bagi negara-negara yang membantu mantan analis Badan Intelijen AS, seperti diberitakan VOA (24/06/2013)

Menurut Kerry, Snowden telah membahayakan upaya menanggulangi terorisme.  "Ia telah membahayakan para individu. Dan banyak nyawa terancam di AS karena para teroris sekarang mengetahui sesuatu yang harus mereka hindari, yang tidak mereka ketahui sebelum (Snowden) melakukan hal ini," ujar Kerry.

Apa yang dikemukakan John Kerry ini tentunya dapat mengindikasikan bahwa apa yang dibeberkan Snowden adalah benar. Oleh sebab itu, sangatlah pantas bila banyak tokoh dan pemimpin negara berkomentar dan menjadi marah, seperti Nick Xenophon, senator independen Australia, Peter Schaar, Komisaris Federal untuk Perlindungan Data dan Kebebasan Informasi Jerman, Presiden Bolivia dan lainnya. Bahkan Tim Berners-Lee, penemu World Wide Web, menuduh pemerintah Barat berlatih kemunafikan, karena mereka melakukan kegiatan mata-mata di Internet sementara mereka mengkritik negara-negara lain untuk memata-matai lewat Internet. (rt.com 27/06/2013)

Di AS sendiri pada 11 juni 2013, FreedomWatch USA telah mengajukan Class action terhadap badan-badan pemerintah dan pejabat yang diyakini bertanggung jawab atas PRISM, dan 12 perusahaan (termasuk Apple , Microsoft , Google , Facebook , dan Skype).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun