Mohon tunggu...
Syahnanto Noerdin
Syahnanto Noerdin Mohon Tunggu... Jurnalis - Pekerja Media Televisi yang suka jalan-jalan

Nothing special just journalist

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pulau Goree Senegal, Situs Warisan Dunia Unesco

27 Desember 2018   15:17 Diperbarui: 27 Desember 2018   15:29 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat Datang Di Pulau Goree. Pulau Yang Merupakan Situs Warisan Dunia Unesco Sejak 1978 Dan Sebagai Pusat Perdagangan Budak Atlantik Dimana Banyak Budak Kaum Hitan Yang Dibawa Ke Amerika....

Belum lengkap mengunjungi Negara Senegal, Afrika Barat, kalau belum singgah di Pulau Goree. Yah... Pulau dengan sejarah kelam di Kota Dakar, Senegal, Afrika Barat ini, dahulunya adalah merupakan tempat perbudakan alias jual beli budak kulit negro bangsa Afrika.

dokpri
dokpri
Pulau Kecil ini, hanya berjarak sekitar 1 hingga 2 Kilometer dari Pelabuhan Kota Daakar, yang merupakan Ibukotanya Senegal.  Yah...Pulau Goree ini, memang memiliki deretan pantai yang cantik serta suasananya sangat tenang. Tak kurang dari setengah jam, dengan menaiki kapal feri cepat dari Pelabuhan Dakar, Kami pun tiba di Pulau Goree.

Pulau Goree, merupakan Pulau transit penjualan budak-budak Afrika yang diperdagangkan oleh Koboi Amerika. Pada Abad Pertengahan, Pulau Goree Bak Neraka Bagi Orang-Orang Afrika. Pasalnya, mereka dijadikan budak dan akan ditahan di sana.

Sejarah mencatat, Pada Abad Ke 14 hingga Abad Ke 19, Pulau Goree menjadi pusat perdagangan budak Afrika. Seluruh budak-budak dari Afrika akan Ditampung disini, yang kemudian oleh bangsa Purtugis, Belanda, Inggris dan Prancis, dijual kepada para pelaut untuk diperdagangkan ke berbagai belahan dunia, termasuk sampai ke Amerika.

Di sekitar Pelabuhannya, terdapat sekitar dua puluh rumah yang cukup besar bergaya bangunan Eropa. Di situlah, para budak akan ditahan dan ditampung. Kendati terlihat besar dari luar, nyatanya gelap dan sempit. Bayangkan saja, satu ruangan seluas 2 x 2 meter, diisi oleh sekitar 20 orang. Mereka akan saling berdiri berhimpitan, sampai-sampai tidurpun harus berdiri.

Belum selesai sampai disitu, beberapa penyiksaan yang dialami para budak, sungguh tak manusiawi. Kaki mereka, akan dirantai seberat 5 kilogram agar tak bisa kabur. Makanan yang diberikan hanya kacang merah saja. Sangat tidak layaknya.

Saat proses jual-beli, budak-budak akan disuruh telanjang dan berjalan di depan para pembeli. Sudah fisik yang disiksa, mentalnya dihancurkan pula.

Peristiwa perjualbelian budak di Pulau Goree ini, dikenang dengan berbagai monumen dan peringatan, Sehingga UNESCO pun menetapakannya sebagai situs warisan dunia pada tahun 1978. Tak hanya itu saja, beberapa presiden seperti Nelson Mandela, Presiden Afrika Selatan kala itu, dan Presiden Amerika Serikat waktu itu, Barrack Obama, juga pernah mengunjungi Pulau Goree//

The Door Of No Return

Para budak yang terpilih untuk dikirim akan pergi dari Maison des Esclaves lewat sebuah pintu yang disebut "The Door of No Return". Dimana, barang siapa yang melewati pintu tersebut, maka mereka dipastikan tidak akan pernah kembali ke tanah kelahirannya di Afrika.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun