"Aku juga serius tertawanya," dia masih saja tertawa di sana-sini.Â
"Mau nggak?" tanya Axl lagi dengan pelan untuk menekankan keseriusannya.
"Lalu Pim dikemanain?" tanya Mia balik.
"Jawab dulu, baru kamu boleh nanya," kata Axl.
"Kenapa?" Mia tetap mengajukan kata tanya.
"Kenapa kita menikah?" tanya Axl. Dia terpancing dengan pertanyaan Mia. Dia melihat dari ekor matanya kalau Mia mengangguk.
"Karena kita mau ngapain lagi kalau tidak menikah? Kamu sudah kerja, sudah ada promosi jadi Manajer Marketing, kan? Modal juga ada, toko sembakoku malah mau buka lagi satu di Solo dan satu di Klaten. Mau cari karir? Kan udah? Yuk, nikah?" tutup Axl.
"That is the most unromantic proposal ever!" kata Mia dengan geram. Gantian Axl yang terbahak. Lanjut Mia, "Tapi aku tahu kamu memang begitu. Sudah aku bayangkan, nggak akan ada bunga atau berlutut sambil bawa kotak cincin."
"Padahal tadinya aku mau gitu," dengan satu tangan kirinya, Axl mengeluarkan satu pucuk bunga melati dari saku jaketnya dan kotak cincin yang mengiringinya. "Buka sendiri nih, aku baru nyetir."
Mia meledak lagi tawanya sampai dia menangis, namun tetap diterimanya satu bunga melati kecil yang sudah layu itu dan kotak cincin warna merah hati.
"Lalu Pim?" tanya Mia dengan nada menggantung.