Mohon tunggu...
R.A. Vita Astuti
R.A. Vita Astuti Mohon Tunggu... Dosen - IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Edukator dan penulis #uajy

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Urban #7] Pengakuan

10 Juli 2021   11:34 Diperbarui: 10 Juli 2021   11:47 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Killian Cartignies on Unsplash.com

"Social pressure," kata Pim pendek tapi penuh arti. Axl tersedak tertawa. Selama ini ketika dia menjadikan Pim taruhan, bukannya social pressure juga?

"Lalu?" Axl tidak mau berspekulasi dia hanya pendengar.

"Mungkin setelah dua minggu, aku akan cari alasan untuk putus," cangkir-cangkir sudah rapi, seharusnya Pim pergi dari situ, tapi dia malah lebih masuk ke dapur dan menatap ke jendela yang menghadap ke area kebun belakang. Jarinya memainkan bayangan cahaya lampu yang memantul di jendela itu.

"Contohnya?" Axl malah lebih tertarik mendengar alasan apa yang dipakai Pim si Jenius untuk putus dengan cowoknya itu.

"Mungkin, akan aku pakai alasan kalau aku nggak suka dia tidak tepat waktu? Atau kita sudah tidak cocok lagi? Klise sih, tapi wajar terdengar di telinga. Bagus lagi kalau dia aku lihat ngobrol sama wanita lain, aku akan menjadi pacar yang pencemburu dan minta putus. Mudah kan?" kata Pim, dia sudah bisa tersenyum dan wajahnya tepantul di jendela, terlihat oleh Axl.

Axl tertawa tak tertahan. Pim dengan cepat menoleh.

"Sorry, alasan kamu terlalu kacangan. Aku berharap kamu punya alasan tingkat tinggi, bagi seorang Pim," Axl masih tertawa. Pim tersenyum mendengar pujian Axl.

"Pim!" wajah cowok pacar Pim muncul di pintu. "Aku cari kamu di mana-mana, malah main kotor-kotoran di dapur?"

"Leo, kenalkan sahabatku Axl," Pim melambai ke cowok bernama Leo itu. Axl kaget dengan jabatan yang diberikan Pim padanya, tapi dia berhasil menyembunyikannya.

"Oh, Axl teman Tim? Makasih ya sudah bantu-bantu acara kami," kata Leo yang mengulurkan tangannya, tapi segera menariknya kembali setelah bersentuhan sebentar dengan tangan Axl. Dia teringat Axl masih pakai apron dan ada di dekat sink dan dishwasher.

"Aku pulang dengan Axl, Leo," segera Pim menjelaskan keinginannya. Dia tidak mau Leo mendesaknya untuk mengantarnya pulang. Berdua dengan Leo di dalam mobil bukanlah bayangan indah bagi cewek itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun