Mohon tunggu...
R.A. Vita Astuti
R.A. Vita Astuti Mohon Tunggu... Dosen - IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Edukator dan penulis #uajy

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kemarahan

25 April 2020   10:04 Diperbarui: 25 April 2020   10:13 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: betterhelp.com

Nafasku sesak. Perutku mulas. Suhu tubuhku memanas. Tanganku menggenggam kuat. Mataku kupelototkan besar-besar. Setitik air mata di salah satu sudut mataku. Aku tidak menangis. Aku marah!

Emosiku sudah memuncak. Aku semakin marah karena aku menangis. Aku harusnya berteriak. Tapi semua suaraku tersekat di dada yang sesak. Mataku melotot sia-sia. Tidak ada yang tahu. Tidak ada yang merasa. Aku marah, tauk!

Kenapa aku menangis. Karena aku tak berdaya. Yang membuatku marah adalah ketidakadilan. Yang membuatku menangis adalah ketidakberdayaan. 

Kuputuskan untuk tidak peduli. Kuputuskan untuk menyepi diri. Menjauh dari ketidakadilan. Meninggalkan ketidakberdayaan. 

Tidak ada yang peduli. Aku tahu. Tetap aku yang harus mencari. Aku lelah. Aku memilih lelah. Aku tidak menyerah. Aku hanya lelah.

Marah. Sesal. Diam. Tenang. Pergi.

+++

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun