Mohon tunggu...
Ngomongin Seni dan Budaya
Ngomongin Seni dan Budaya Mohon Tunggu... Full Time Blogger - hai saya suka menulis puisi, menggambar, dan curhat.

Suka puisi, suka menggambar, suka kamu

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kenali Isu Hoaks dengan Mudah

10 Oktober 2018   20:06 Diperbarui: 9 November 2018   15:11 2573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasca-tsunami di Palu beredar video dan foto gempa di Bulukumba yang menyebabkan kerusakan, memakan korban jiwa, hingga menyebabkan jalan terbelah. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho membenarkan kejadian itu, ada gempa berkekuatan 5,2 SR di Palu dan 4,8 SR di Bulukumba, tapi tidak merusak dan tidak menelan korban jiwa.

Jika kita gampang percaya dengan berita bohong, masyarakat akan panik. Tak hanya masyarakat di daerah gempa tapi juga orang-orang di luar daerah. Bisa jadi kemudian orang-orang asing menyebutkan Indonesia tidak aman. Dampaknya bisa sangat merugikan loh.

Berita bohong mudah dikenali

Rosarita Niken Widiastuti, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Komeninfo, dalam acara Danone Blogger Academy 2018, menjelaskan bahwa orang Indonesia cukup melek media sosial, apalagi di aplikasi chating. 

Tak heran jika banyak orang termakan hoaks, sebab 93,46% pengguna internet di Indonesia hanya  memakai smartphone bertujuan untuk berkomunikasi dan 76,88% menggunakannya untuk browsing. 

Sementara itu aktivitas saat terhubung ke internet, 81,9% digunakan untuk berkomunikasi, 60,24% untuk browsing. Itu pun browsing belum tentu untuk konfimasi berita-berita yang dianggap kurang berfaedah. Wajar jika hoaks masih terpelihara hingga saat ini. apalagi pengguna internet di seluruh dunia mencapai empat miliar.

Media sosial sangat kuat pengaruhnya. Bayangkan saja dalam satu menit ada sekitar 3,3juta informasi yang dibagikan di Facebook, 29juta di WhatsApp, 448ribu di Twiter, 65ribu di Instagram, dan lain-lain. Sebanyak 90% pengguna internet di Indonesia adalah penikmat sementara itu 10%-nya adalah pembuat konten.

Dari 10% itu tidak semua membuat konten sesuai dengan fakta, kalau pun sebenarnya pembuat konten hoaks lebih sedikit jumlahnya, pengaruhnya bisa lebih besar ketimbang penyebar informasi positif.

Seperti yang saya sebut di atas, konten negatif lebih bisa dicerna ketimbang berita positif, sebab berita negatif berhubungan dengan emosi. Biasanya memang sih, berita hoaks sasarannya ke emosi pembaca.

Berita yang sampai ke emosi pembaca akan membuat terpancing untuk berkomentar atau membagikan di media sosial. Masih ingat video yang diposting seorang ibu-ibu yang geram terhadap kelakuan dua pria di lampu merah.

Terlihat di dalam video, seorang ibu menegur kedua pria yang terlihat bercanda bermesraan. Sambil merekam, sang ibu menegur pria asing tersebut meski sang pria tersebut sempat menjawab, We are brother!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun