Mohon tunggu...
utomo
utomo Mohon Tunggu... Freelancer - Hobi membaca dan Sedikit Menulis

Tak Ada Yang Istimewa

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Dinding Waktu

25 September 2019   10:20 Diperbarui: 25 September 2019   10:30 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Guru yang bijaksana itu lebih menganggukan kepalanya lagi. Lalu dia menoleh kepada murid yang ketiga. "Sedangkan kamu, apa yang kamu inginkan ?".

Murid yang ketiga terdiam lama. Dia menggelengkan kepalanya dengan sedih. Lalu menjawabnya dengan pelan.

"Saya telah melihat begitu banyak warna dalam kehidupan ini. Warna-warna itu sangat cemerlang. Setiap warna memiliki ceritanya sendiri. Tak ada di dunia ini yang bisa menolaknya. Termasuk juga saya.

Tetapi peristiwa demi peristiwa menghantam kehidupan saya.

Pada titik yang berbeda, saya melihat hal yang berbeda. Secara perlahan-lahan itu merubah pandangan saya. Warna -- warna itu menjadi sangat tidak menarik. Mereka berubah menjadi kusam dan suram.

Lalu saya ingin menemukan warna yang sesungguhnya. Yang asli bukan yang palsu oleh kemilau cahaya buatan. Tetapi saya tidak tahu harus mencarinya kemana.

Saya hanya melihatnya di kejauhan, satu cahaya yang sangat menarik yang tidak terjangkau. Cahaya itu berasa dekat tetapi ketika saya mendekatinya cahaya itu menjauh. Saya tidak tahu sampai kapan saya bisa mencapainya.

Saya sudah melewati jalan yang sangat jauh tetapi tidak berhasil sampai juga".

Guru yang bijaksana itu merenung. Sebagai guru yang bijaksana, dia memiliki kewajiban memberi ilmu pengetahuan yang bisa membuat murid-muridnya menjadi sukses. Murid yang satu ini sangat susah untuk dipahami.

Ada satu hal dalam satu waktu di dunia di mana seseorang memandang sesuatu dari sisi yang berbeda. 

Pada masa yang lalu, seorang prajurit yang berhasil membunuh ratusan musuhnya di medan perang akan mendapat kehormatan dan kejayaan.  Tidak peduli apakah musuhnya itu adalah prajurit seperti dirinya, orang tua, perempuan yang lemah atau bahkan anak kecil. Prajurit itu akan selalu di puja bagaikan dewa dan ditulis sebagai pahlawan perang dalam prasasti yang selalu dikagumi oleh rakyatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun