Mohon tunggu...
Rizky Utama
Rizky Utama Mohon Tunggu... lainnya -

Pembelajar ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Money

Siapa yang Bersalah dalam Lemahnya Nilai Tukar Rupiah? Global atau Domestik?

12 Januari 2016   18:53 Diperbarui: 12 Januari 2016   19:24 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Nilai Tukar berhubungan dengan harga minyak dunia (Sumber: http://www.123rf.com/clipart-vector/oil_barrel_symbol.html)"]

Sedemikian rupa cerita tentang nilai tukar selalu membuat banyak pihak merasakan dampaknya. Isu ini kini menjadi isu nasional serta  internasional. Beberapa pemberitaan dan bahan review di banyak tempat kemudian memberikan analisa yang berbeda – beda antara satu dengan yang lainnya. Satu sisi yang pasti banyak sekali asumsi ataupun latar belakang yang menjelaskan mengapa rupiah melemah ataupun menguat. Pada kondisi sekarang mungkin akan banyak orang bertanya sampai kapan rupiah melemah dan akan kembali lagi ke level tertentu. Dalam pengelolaan nilai tukar, hampir bisa dipastikan sulit untuk mencari kepastian sampai kapan pelemahan terjadi dan sampai di level berapa rupiah akan melemah. Mengapa kepastian itu sulit didapat?

Dalam sejarahnya pengelolaan nilai tukar dilakukan dengan berbagai cara, ada yang dilakukan dengan menggunakan fixed exchange rate, managed floating exchange rate dan free floating exchange rate. Ketika mendengar kata-kata fixed rate pengelolaan nilai tukar jadi lebih pasti, saya sendiri meyakini masyarakat akan sangat diuntungkan karena memiliki kejelasan dalam melakukan transaksi. Lalu apa kekurangannya? Kekurangan pengelolaan nilai tukar yang dilakukan dengan cara fixed rate diantaranya adalah membebani devisa negara tersebut serta tidak flexible terhadap perubahan global. Selain itu apabila pada penerapannya nilai tukar ditetapkan terlalu tinggi atau rendah akan berimplikasi pada ekspor dan impor. Namun, dengan fixed exchange rate umumnya kegiatan spekulasi di pasar uang lebih sempit dibandingkan dengan free floating exchange rate. Saya tidak akan membahas managed floating exchange rate, namun akan langsung ke free floating exchange rate yang sudah digunakan Indonesa sejak tahun 1997. Free floating exchange rate dapat dikatakan lebih riil dengan kondisi nilai tukar negara kita dibandingkan negara lain. Keuntungan dari free floating exchange rate adalah kegiatan ekspor impor sesuai dengan mekanisme pasar, cadangan devisa lebih aman. Namun kelemahannya salah satunya adalah praktek spekulasi di pasar uang pastinya lebih besar dibandingkan dengan fixed exchange rate.

Berhubung Indonesia menggunakan pengelolaan nilai tukar yang bersifat free floating, pengaruh – pengaruh global dan dalam negeri dipastikan akan sangat terasa dalam nilai tukar Indonesia. Ambil contoh beberapa kejadian yang tidak masuk akal dan memang jauh sekali mengenai Indonesia pada akhirnya, seperti embargo AS kepada Rusia yang membuat nilai tukar kita melemah atau ketika Jokowi di calonkan oleh salah satu partai Pemilu yang berimplikasi pada penguatan nilai tukar sementara. Saya akan jelaskan dengan singkat mengapa free floating exchange rate membuat nilai tukar Rupiah melemah akibat adanya embargo AS kepada Rusia terkait dengan minyak. Dikarenakan Rusia yang merupakan negara terbesar ke 3 dalam hal ekspor minyak tidak lagi dapat mengekspor minyaknya, menyebabkan supply minyak di dunia berkurang yang berujung pada peningkatan harga minyak. Indonesia yang masih menjadi net importer minyak pastinya akan khawatir karena USD di dalam negeri cenderung sedikit, sehingga dengan peningkatan kebutuhan akan USD yang semakin tinggi akan membuat USD menjadi lebih mahal (menguat). Di lain sisi, ketika Jokowi di calonkan menjadi Presiden oleh salah satu partai dan dianggap oleh investor bahwa sosok Jokowi merupakan sosok yang mampu merubah Indonesia menjadi lebih baik, membuat banyak investor yang meletakkan uang (USD)nya di dalam negeri dan mengakibatkan supply USD terangkat sehingga membuat Rupiah menjadi menguat.

Dalam konteks yang dijabarkan di atas, rasanya kita tidak bisa menafikan kondisi di luar dan di dalam negeri untuk melihat bagaimana arah Rupiah terhadap mata uang lainnya serta sangat sulit untuk dapat memprediksi apa yang akan terjadi ke depan. Pada akhirnya, kondisi ideal yang diharapkan seluruh warga negara Indonesia dengan nilai tukar yang lebih stabil merupakan tanggung jawab seluruh pihak di Indonesia ini. Pemerintah, BI, masyarakat Indonesia sudah selayaknya sama-sama menjaga kondisi nilai tukar Rupiah agar lebih stabil dan terkendali yang memberikan keuntungan bagi negara kita juga pada akhirnya.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun