Mohon tunggu...
Thomas Utomo
Thomas Utomo Mohon Tunggu... -

Guru di SD Universitas Muhammadiyah Purwokerto. \r\nMenulis di Story, Potret, Suara Muhammadiyah, Annida, Radar Banyumas, Satelit Post, Nikah, Fatawa, dll.\r\nKontributor buku Creative Writing (STAIN Press, 2013) bersama Abdul Wachid BS, dkk.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar dari Dosa-Dosa Penulis Pemula

23 Februari 2015   14:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:40 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1424651022668838707

Judul:101 Dosa Penulis Pemula

Penulis:Isa Alamsyah

Penerbit:Asma Nadia Publishing House

Cetakan:Pertama, Juni 2014

Tebal:xiv + 322 halaman

ISBN:978-602-9055-28-3

Peresensi:Thomas Utomo

Menjadi penulis? Siapa tidak ingin! Populer, dicintai banyak orang, karyanya diperbincangkan, disinetronkan, bahkan difilmkan. Kenyataannya, tidak sedikit orang yang punya keinginan menjadi pendekar aksara. Ini terbukti di antaranya lewat jumlah peserta workshop kepenulisan yang digelar Forum Lingkar Pena atau Asma Nadia Writing Workshop yang tidak jarang membludak. Pelatihan-pelatihan sejenis yang diadakan komunitas sastra atau kepenulisan pun tidak sepi peminat. Tidak hanya di dunia nyata, pelatihan kepenulisan seperti bengkel karya atau workshop juga hadir dalam kancah dunia maya, di antaranya lewat media sosial seperti Facebook.

Komunitas Bisa Menulis (KBM) merupakan salah satu di antaranya. Grup kepenulisan yang dibuat pada Februari 2013 ini digagas sekaligus dikomandoi oleh Isa Alamsyah, suami penulis best seller; Asma Nadia. Di awal pembuatannya, setiap hari ada 100 orang yang bergabung. Kini secara rutin setiap hari ada 300 sampai 500 member yang bergabung. Dalam jangka waktu satu tahunan, jumlah member sudah menyentuh angka 50.000 orang. Saat ini lebih dari 70.000 member bergabung di grup yang lebih fokus dalam hal penulisan cerita fiksi ini. Di setiap provinsi sudah ada pula Grup KBM Wilayah, bahkan beberapa grup terbentuk di luar negeri.

Cara kerja di KBM sederhana saja. Member mengirim karya dan Isa Alamsyah mengomentarinya dengan ilmu kepenulisan yang ia tahu. Setelah berjalan cukup lama, banyak juga member yang jadi piawai memberi komentar dan mengkritisi karya sehingga kaderisasi pun terjadi.

Tetapi bagaimana pun gencar kegiatan bengkel karya ini, tetap saja aktivitas terbatas di dunia maya saja—Facebook. Padahal tidak semua orang memiliki keleluasaan mengakses internet. Di samping itu, meski perkembangan teknologi sudah demikian jauh, tetap saja membaca tulisan lewat buku—kertas—terasa lebih nyaman daripada dengan menekuri layar yang pada batas tertentu membuat mata pegal, selain silau juga.

Oleh karena itulah, pembahsan-pembahsan soal kepenulisan dalam Grup Komunitas Bisa Menulis dikumpulkan dalam buku ini. Isinya merupakan rangkuman dosa yang kerap dilakukan penulis pemula. Nyatanya menjadi penulis pemula tak semudah membalik telapak tangan. Demikian berliku jalan menuju ke sana. Namun kehadiran buku kumpulan dosa ini bukan dimaksudkan untuk memblenjeti—membuka atau menelanjangi—dosa-dosa penulis pemula dengan cara bergunjing kemudian menertawakannya. Melainkan dari dosa-dosa yang lazim dilakukan penulis pemula, kita dapat berkaca kemudian belajar daripadanya dan akhirnya tidak melakukan dosa yang serupa. Kalau menurut bahasa Isa Alamsyah, pembuatan buku ini ialah supaya para penulis pemula, “bertobat atas dosa-dosa kepenulisan.” (halaman vi). Sekadar trivia, kata dosa yang digunakan dalam buku ini hanyalah perlambang atau pilihan kata supaya menarik saja. Maksud sesungguhnya adalah kesalahan.

Secara sinoptik, Isa Alamsyah merangkum 101 dosa yang dikelompokkan dalam 12 bagian atau bab. Bagian yang dimaksud antara lain dosa dalam orisinalitas ide, dosa dalam pembuatan judul, dosa dalam konflik, dosa dalam ending, dosa dalam karakter, dosa dalam setting, dan dosa dalam pesan.

Dari 12 bab yang terdapat dalam buku ini, dapat disimpulkan secara garis besar, dosa yang dilakukan penulis pemula, yaitu; Pertama, soal ide atau gagasan. Memang sulit bicara tentang ide yang benar-benar orisinal dan berbeda. Banyak karya yang masuk dalam wall KBM, misalnya, bercerita tentang hal-hal yang sama dan klise. Misalnya tentang tema cinta terlarang, kisah cinta dua sejoli yang kandas karena keduanya ternyata terikat hubungan darah, atau kisah wanita yang jatuh cinta pada seorang lelaki yang baik, tapi dilarang orang tua tanpa alasan yang jelas. Setelah diusut ternyata sang lelaki adalah saudara sebapak atau seibu (halaman 37). Cerita seperti itu sudah diangkat dalam banyak sinetron, telenovela, maupun kisah roman picisan sehingga sangat klise dan tidak orisinal lagi.

Dosa kedua adalah dalam hal struktur cerita. Struktur cerita biasanya terdiri dari pembukaan, konflik, klimaks, antiklimaks, dan ending. Penulis-penulis pemula biasanya kurang memperhatikan proporsionalitas struktur cerita. Banyak yang berpanjang-panjang dalam menulis pembukaannya. Mereka menceritakan semua, seolah takut pembaca tidak mengerti hal yang sedang diceritakan. Akibatnya sering satu sampai dua halaman karya mereka masih belum jelas akan menceritakan tentang apa, karena hanya berisi penjelasan dan pemaparan yang bertele-tele juga membosankan. Konflik yang seharusnya dibahas dengan lebih jelas, luas, dan lengkap, sering malah disinggung sambil lalu saja. Ending konflik pun dibuat ala kadarnya juga. Tahu-tahu sudah penyelesaian (halaman 77-78; 138).

Ketiga, dosa dalam fokus cerita. Maksudnya yaitu soal penajaman persoalan yang disuguhkan dalam cerpen. Para penulis pemula kerap ngelantur ke mana-mana. Mereka menguraikan hal-hal yang tidak ada relevansinya dengan cerita. Padahal sebuah cerita, terutama cerita pendek, memiliki ruang terbatas. Karena itu, penulis harus memastikan setiap kalimat dan detail memang benar-benar penting (halaman 143).

Keempat, dosa dalam bahasa. Bahasa merupakan kekuatan yang menentukan dalam sebuah cerita, tapi tampaknya hal ini belum disadari sepenuhnya oleh para penulis pemula. Contohnya mereka masih memakai kata-kata yang cenderung klise dan miskin dalam pemilihan diksi, sehingga terlalu banyak pengulangan kata yang tidak perlu (halaman 197). Bahasa-bahasa mereka juga masih sekadar bahasa informasi layaknya berita. Nyaris datar dan tidak meninggalkan efek apalagi menimbulkan imajinasi pembaca. Padahal salah satu teknik yang penting dikuasai penulis adalah teknik show don’t tell atau bahasa Indonesia-nya tunjukkan bukan beritahukan (halaman 159-161).

Paket plus-plus dalam buku yang dieditori Asma Nadia ini adalah; Satu, penulis (Isa Alamsyah) memaparkan contoh-contoh karya dalam Grup KBM kemudian membedahnya dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami, tanpa mengutip teori-teori kepenulisan dari para pakar yang justru membikin mumet.

Kedua, buku ini memuat banyak fragmen di balik kreativitas Asma Nadia, salah seorang penulis best seller di Tanah Air. Tentu kita dapat belajar daripadanya. Ketiga, ilustrasi setiap bab dibuat menarik sedemikian rupa disesuaikan dengan pokok bahasan bab itu. Misalnya bab tentang opening (pembukaan) maka gambar ilustrasinya adalah pintu gerbang (halaman 65), bab tentang ending maka gambar ilustrasinya orang-orang dan tali finish balap lari (halaman 115), bab tentang point of viewi atausudut pandang maka ilustrasinya gambar mata yang melirik (halaman 243) dan seterusnya.

Pada akhirnya buku ini dapat dikatakan sebagai sembakonya penulis pemula untuk menghindari dosa-dosa kepenulisan yang membentang sepanjang jalan menuju karir penulis profesional. Bacalah dan selamat mendulang banyak faidah dari buku menarik ini.

Bancar, 8 September 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun