Mohon tunggu...
Umi Tina Rahayu
Umi Tina Rahayu Mohon Tunggu... -

dunia ada dalam genggamanmu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bimbingan Konseling: Islam Wahana Penyembuh Klien

12 Maret 2016   14:00 Diperbarui: 13 Maret 2016   09:03 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Negara Indonesia bukanlah negara islam namun mayoritas penduduknya merupakan pemeluk agama islam, maka dengan itu sebagian besar anak Indonesia juga otomatis beragama islam. Jika dikaitkan dengan bimbingan dan konseling, agama memberikan pengaruh yang sangat luar biasa terhadap tingkah laku seseorang.

Ajaran pada agama islam dijadikan sebagai pedoman oleh orang yang beragama dan tidak mungkin bisa dilepaskan begitu saja. Terlebih jika kita berprofesi sebagai konselor atau pembimbing dan kebetulan jika klien atau siswa kita juga beragama islam. Dalam buku karya Elvi Mu’awanah dan Rifa Hiadayah yang berjudul Bimbingan Konseling Islami di Sekolah Dasar menyatakan bahwa, “hal ini tercermin dari kondisi masyarakat di Barat, yang mana praktik keagamaan dalam proses konseling justru membantu mempercepat penyelesaian masalah. Dalam hal ini berarti nilai agama dapat menjadi instruman dalam memberikan konseling.”

Tugas dari seorang pembimbing atau konselor di antaranya adalah membantu mengubah tingkah laku klien si terbimbing menuju kondisi yang adequate(mampu). Untuk itu, diperlukan metode pengubahan tingkah laku atau pendekatan dalam bimbingan dan konseling. Menggunakan ajaran agama sebagai dasar pengubahan tingkah laku sebagai konseling alternatif merupakan hal yang dapat dilakukan oleh petugas bimbingan.

Sebagai rasionalisasi adalah seperti yang diungkapkan oleh Worthington (1988) bahwa dewasa ini di dunia Barat minat mengaji agama dibangkitkan oleh ahli di lapangan konseling. Ia berpendapat bahwa perbedaan nilai yang serius harus pantang mundur dan dihadapi melalui diskusi secara terbuka, dan jika perlu mereferal kepada konselor yang lain.

Sementara Beutler, Pollack dan Joe mengatakan bahwa dalam mengkonseling klien yang membawa nilai tertentu tidak berarti bahwa seorang konselor harus mengubah nilai-nilai yang ia miliki sendiri, alih-alih untuk dapat bekerja sama secara efektif dengan kliennya. Akan tetapi, konselor berfungsi memantulkan pada pandangan nilai-nilai agama klien. Hal yang demikian hendaknya dilakukan oleh konselor di Indonesia. Mengingat sikap konselor kepada nilai-nilai agama klien mempunyai dampak yang sangat besar terhadap perkembangan perasaan klien.

Menurut pandangan Dorothy (1998) bahwa orientasi spiritual pada kerja klinik dalam konseling merupakan dasar dari prinsip terapi. Hubungan terapi menyebar pada hubungan lain dan hubungan dengan transendental alam baka. Pendapat ini mengisyaratkan bahwa kepercayaan kepada yang transenden (Tuhan) terhadap takdir yang menimpa termasuk satu kekuatan untuk sembuh dari masalah. Berdasarakan pengalaman Dorothy dapat dilihat ketika ia kehilangan anaknya ia datang pada Tuhan, dan melalui seorang pastor ia mendapatkan kedamaian dan menerima kejadian buruk yang menimpanya setelah sekian lama tenggelam dalam kedukaan.

Dalam konteks agama islam, apa yang dilakukan Dorothy dapat dinamakan tawakal. Suatu tingkatan seseorang yang telah berusaha dan telah ditentukan Tuhan atas takdir yang menimpa dirinya. Ada unsur kedamaian, kepasrahan dalam tawakal terhadap berbagai cobaan yang menimpanya.

Kesimpulannya, pendapat Dorothy diatas mendorong seorang konselor/psikolog/psikiater tentang pentingnya menghargai keagamaan klien. Agar dapat menghargainya penggalian ajaran suatu agama sebagai alternatif pendekatan merupakan solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien. Berangkat dari penggalian tersebut konselor akan memahami nilai suatu ajaran sekaligus menggunakannya sebagai instrumen penyembuhan klien.

Sumber: (Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, 2009, Bimbingan Konseling Islami di Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara)

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun