Mohon tunggu...
Utari ninghadiyati
Utari ninghadiyati Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger, kompasianer, penggiat budaya

Menjalani tugas sebagai penggiat budaya memberi kesempatan untuk belajar berbagai budaya, tradisi, seni, dan kearifan lokal masyarakat. Ragam cerita ini menjadi sumber untuk belajar menulis yang dituangkan di kompasiana dan blog www.utarininghadiyati.com

Selanjutnya

Tutup

Trip

Makam Sultan Banjar Ke-5, Sultan Inayatullah di

9 Juli 2022   08:16 Diperbarui: 9 Juli 2022   09:34 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan pertama setelah pandemi. Saking senangnya sampai tersasar jauh. Tetap gembira dan menikmati perjalanan untuk melihat makam Sultan Inayatullah di Martapura.

Lama nggak menjelajah jauh. Memang tiap hari keliling kota, tapi tentu saja beda. Beberapa kali berencana buat menjelajah sama ibu Laila Binti Abdul Jalil. Beliau salah satu arkeologi di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.

Sebelum pandemi kami pernah main atau studi banding kecil-kecilan ke rumah tradisional banjar bubungan tinggi yang ada di Telok Selong, Martapura lama.  

Melihat dan membandingkan bentuk, kondisi, dan perkembangan rumah tradisional bubungan tinggi yang ada di Cempaka kota banjarbaru dan Telok selong kab. Banjar. Tentu saja perbedaannya sungguh ada. 

Habis itu, niat menjelajah lagi selalu saja tinggal rencana. Jadwal kami kerap bentrok. Kecuali hari ini. Akhirnya bisa menjelajah lagi. Kami mau melihat makam Sultan Inayatullah.

Sultan Inayatullah atau Pangeran Dipati Tuha adalah Sultan Banjar yang berkuasa tahun 1636/1642-1645. Nama Sultan Inayatullah merupakan nama yang diberikan dalam khutbah sholat. 

Beneran menjelajah karena perjalanan menuju makam Sultan Innayatullah nyasar jauh. 

Bayangkan, dua emak-emak asyik saja memacu motor di jalan Ahmad Yani melewati pelampayan, astambul, bablas terus ke arah rantau. 

Tak peduli panas tengah hari, dua motor itu kadang menyalip kendaraan di depan. Lihat spedometer, kecepatan nggak kurang dari 50 km/jam. 

Sambil jalan, sesekali saya memerhatikan toko-toko yang dilewati. Nggak lupa membaca papan petunjuk jalan. Rantau, kandangan lurus. Bincau, tambak irang ke kanan. Bablas terus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun