Mohon tunggu...
Usup
Usup Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Konten

Saya Usup, sebagai penulis atau novelis. Saya suka menulis dan kini saya aktif menulis, tergabung dari Getcraft sebagai marketplace, wadah bagi creator untuk memasarkan karyanya. Saya menulis tiga novel saat ini, dan tahun ini novel saya kembali terbit judulnya, #Inilahtantangankita Travel story

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pemburu

29 Juli 2021   21:43 Diperbarui: 29 Juli 2021   22:17 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Pada suatu hari, di dalam hutan terdengar suara tembakan dari seorang pria tua kepada Orang utan dengan senapan angin! '' Doooor.... '' Orang utan terjatuh dari pohon, seekor anak Orang utan berteriak -- teriak melihat induknya mati tertembak. Dua orang teman dari pria tua itu datang, membawa orangutan yang mati itu dengan sebuah karung besar. Tomi, pria kecil berusia enam tahun hanya dapat melihat ayahnya menembak mati hewan tersebut. '' Ayah dia mati. '' Kata Tomi seperti tidak tega.

           Pria tua itu berbalik. '' Itulah yang harus kamu lakukan, ketika dewasa, ingat Tomi, kita ini pemburu, kita harus menghasilkan uang untuk biaya hidup. Apapun yang kamu lihat di hutan, jika terlihat itu berguna di tukar dengan uang, maka tembak dia. Ayo... '' Lalu ayahnya pergi mengikuti dua temannya. '' Bagus sekali Rudi cara kamu menembak, hahaha.... '' Kata temannya pada pria tua itu, Ayah Tomi.

---------

Malam hari tiba, waktunya bersantap bersama. Tomi duduk di meja makan kayu bundar bersama kedua orang tuanya. Tomi hanya mengaduk - aduk makanannya di piring dengan sendok tanpa menyuap. Mamanya terheran sambil mengunyah makanan, ayahanyapun begitu. '' Tom, ayo dimakan, sebelum makananmu di rebut sama kucing yang suka masuk kedalam rumah kita, cepat.''

           '' Tidak ma! Mama... mama dulu pernah bilang, jangan membunuh hewan kalau tidak menganggu. Tapi kenapa ayah membunuh Orang utan tadi? Padahal dia tidak menganggu! ''

           Ayahnya hanya tersenyum kecil, sementara mamanya menatap sejenak suaminya. Dia mengerti jika suaminya melakukan itu untuk mencari uang. Walaupun sebenarnya sangat salah.   ''Aku harap, kamu bisa kembali berkebun! ''

           '' Berkebun itu lama, butuh beberapa bulan untuk menjual hasil panen, sementara kebutuhkan kita, tidak bisa menunggu waktu selama itu. '' Kata suaminya kepada istrinya. '' Kamu dengar, aku sudah berencana membeli tanah dekat kota, agar kita bisa membuat rumah kecil dan berjualan di sana. Kurasa, jika kamu di posisiku, pasti memilih jalan yang sama, karena kita butuh biaya yang pasti dan besar. ''

           '' Tapi setidaknya kamu tidak harus membawa Tomi berburu, dia masih kecil. Dia di rumah saja, membantuku memanen singkong untuk di jual ke pasar. ''

           '' Hahaha... sudahlah, dia adalah anak laki-laki ku. '' Ayahnya lalu mengelus kepala Tomi. '' Dia mungkin sepertiku juga, saat usianya cukup. Berburu itu menyenangkan, seperti memancing di kolam ikan. Selain itu, kamu bisa mendapakan uang yang cukup untuk membeli dua puluh nasi bungkus, untuk seekor induknya, Hahaha.... ''

           Mama Tomi hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.  Ke esokan harinya, ayah dan Tomi memasuki hutan, dengan satu buah senapan angin yang di pegang ayahnya. Seekor orang utan lagi bergelantungan di salah satu pohon tinggi. Ayah dan Tomi lalu bersembunyi di balik semak-semak, ayahnya mulai membidik ke hewan itu, kemudian menembak. '' Dooor.... '' sebuah peluru mengenai perut orang utan tersebut lalu terjatuh. Kedua teman berburunya datang dari arah lain, sambil membawa sakantong karung besar untuk membawa orang utan tersebut. Ayah dan Tomi mendatangi dimana hewan itu terjatuh, darah yang mengalir seakan menuju arah kaki Tomi, sehingga Tomi pergi dari tempat itu menuju rumah. '' Tom kamu mau kemana? '' Ayahnya berteriak memanggil. Sampai rumah Tomi masuk ke dalam kamar, duduk di atas tempat tidur, mamanya datang kemudian memeluknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun