Mohon tunggu...
Usup
Usup Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Konten

Saya Usup, sebagai penulis atau novelis. Saya suka menulis dan kini saya aktif menulis, tergabung dari Getcraft sebagai marketplace, wadah bagi creator untuk memasarkan karyanya. Saya menulis tiga novel saat ini, dan tahun ini novel saya kembali terbit judulnya, #Inilahtantangankita Travel story

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar untuk Rendah Diri

22 November 2020   13:39 Diperbarui: 22 November 2020   13:55 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Diantara kita, selalu  sering menghamburkan uang, maupun menunjukan keberhasilan tentang apapun, misal '' Oh... Aku baru saja lulus kuliah, aku pasti mudah untuk mendapatkan pekerjaan. '' selain itu, '' Oke... Aku tidak mau pakai jam tangan KW, aku mau pakai jam tangan bermerek. Walau mahal, tapi kereeeen.... '' Padahal fungsinya sama saja, yang membedakan hanya merek dan kekuatannya. Sama juga pada seseorang yang mengatakan, baru lulus kuliah, dia mengucapkan di depan seseorang yang cuma lulusan Smp, dan akan bekerja di kantor bank sebagai OB. Apa yang sedang kamu pikirkan, saat itu, saat ucapanmu keluar? Bangga? Puas? Atau hanya buat orang iri. Apapun itu, apapun alasannya, dampak dari ucapan kita, yang kamu kaitkan dengan fakta dirimu sendiri jika memang kamu mampu membeli atau lulus, memang itu bagus menurutmu, tapi dampaknya akan membuat orang lain merasa kecil depanmu dan tidak pantas bergaul untukmu, perhatikan tingkah laku mereka saat setelah kamu melontarkan ucapan tersebut, apa yang terjadi? Mereka akan canggung untuk berkomunikasi padamu walau semuanya baik-baik saja. 

Ada satu cerita, dimana seseorang yang baru saja di angkat jabatannya pada perusahaan, dia berubah menjadi penyuruh, pemabuk dan suka menghabiskan uang di tempat yang seharusnya dia ada, club malam, karoke bersama para wanita bayaran ( Ladies ) itu dia lakukan bersama temannya yang setingkat dengan dirinya, materi bagi dia hanyalah sekecil lubang jarum, dia masih bisa mencarinya dengan mudah. Namun sebenarnya itu menjebak. Dari cara itu, ia menggeser hidupnya dengan tidak bisa lagi melihat orang yang tidak punya kesempatan seperti dirinya, orang yang tidak punya uang, orang yang bekerja keras di luar sana, pulang sampai dapat uang, tidak pulang jika tidak dapat uang, bahkan melupakan cerita kelam antara wanita bayaran itu, seperti apa dia bisa bekerja disana, bukan untuk di nodai sebenarnya. Jadi, penggeseran yang diciptakan itu akan membuatmu angkuh perlahan, serta memandang dunia penuh hiburan, jika tidak bisa mendapataknnya maka akan merasa gelap. Tapi suatu hari, perusahaan itu tutup, karena korupsi, karena tidak ada pengawasan dari keuangannya. Seseorang yang sudah besar diperusahaan itu, mau tidak mau keluar dan mencari pekerjaan baru. Selama ia menunggu panggilan pekerjaan baru, ia sudah banyak menghabiskan uangnya sebelumnya untuk hiburan yang tidak bermakna. Akhirnya ia sadar, bahwa jika ia lebih hemat dan berpikir rendah saja, akan menyelamatkan dia dari itu semua. 

Jadi bagi kita, penting sekali berpikir rendah, jika kita bisa memulainya, maka segalanya akan ikut mudah. Misal, kamu tersenyum dan memberikan sedekah ke seseorang yang membutuhkan di jalan pada pagi hari, maka otomatis, semua hawa yang ada dalam jiwamu akan bangkit lebih baik secara alami, itu tidak ada dalam penelitian tapi dalam ajaran agama. Perhatikan, Ustad, Biksu, Pendeta, yang menghabiskan waktunya di tempat ibadah, membaca kitab atau buku yang berkaitan tentang keimanan, tanpa sadar ia telah menghemat uangnya, menyehatkan pikiran dan badannya, serta belajar untuk menahan nafsunya, serta berpikir rendah untuk memberikan kesempatan dirinya menggandeng tangan orang lain yang membutuhkan nasehat maupun pertoloangan. Sebenarnya itu juga janji tuhan, jika kamu bersamaku maka aku akan memberikan ketenangan dan solusi. 

Hal pertama yang wajib, bagi kita yang ingin belajar rendah diri adalah, mempelajari dirimu sendiri, mengoreksi, itu penting, tanyakan '' Aku telah berbuat hal baik apa selama ini? Sifat bagaimana banyak orang yang merasa rendah depanku? '' Apapun hal negatif itu, rubahlah perlahan - lahan , jangan keras kepala, tersenyumlah mulai besok. Jangan berusaha menunjukan hal yang sifatnya materi. Belajar untuk mendengarkan pembicaraan orang lain, walau dibawahmu sekalipun, dengarkan, karena dengan cara ini, kamu sebenarnya telah memulai perubahaan itu. Selain itu, hal yang paling ampuh adalah, mempelajari agama, dengan mempelajari ini, kita akan mengerti akan ajaran tuhan. 

Pahami setiap situasi, jangan selalu merasa harus di zona nyaman, kadang kala, nyaman dan aman juga akan memberikan kita tekanan yang tidak baik, kita akan lebih manja terhadap hidup. Kita harus mengambil tantangan setiap harinya dimana hal ini, akan membuat kita belajar dari tekanan yang akan datang nantinya, cara ini, akan membuat sifat malas kita berkurang, jika berkurang, kita pasti ingin membagi pengalaman ini dengan orang lain, dengan membaginya orang lain akan mendengarkan dan suatu saat dia akan jujur, bahwa dia telah belajar banyak darimu, itu adalah suatu rendah diri dari segi teladan. Jika itu terjadi, kamu akan memulai banyak hal yang positif dan memalukan banyak hal di luar sana, tanpa sadar kamu ikut berkontribusi dalam hidup orang lain. 

Kita juga harus mempelajari penulis buku terdahulu, jika mereka harus terus membaca dan mendengarkan, lalu mencoba sesuatu yang lebih jauh, contoh, dia akan menulis tentang nilai edukasi di sekolah pedalaman, maka dia akan berkunjung ke pedalaman dan disana, dia akan menginap di rumah warga yang mau di tumpangi walau itu tak semewah seperti tempatnya, makan seadanya seperti masakan orang desa, belajar mandiri diaman, tempat itu tidak ada internet, sinyal yang baik, serta toko baju maupun laundry, jadi dia harus pergi ke kali untuk cuci baju sendiri. Dia akan beradaptasi, dengan masyarakat dan kondisi, dia sudah tahu akan hal itu tak segampang itu, namun apa yang ia dapatkan, adalah pelajaran menahan hawa nafsu dan rendah diri lagi, ketika ia kembali ke kota ia akan membandingkan hidupnya pada saat itu dengan di pedalaman, karena dia merasa sudah mengalamai untuk rendah diri dan lebih banyak pengalaman yang diambil untuk memperbaiki hidupnya, jadi metode ini dia pakai untuk hidupnya di kota dan di bukunya. 

Jadi.... Pada dasarnya, kita adalah mahluk sosial, mahluk yang butuh pertolongan orang lain, mahluk yang butuh interaksi, mahluk yang butuh kesempatan, mahluk yang harus bekerja keras, mahluk yang harus positif. Jadi, kita harus terus tumbuh dengan cara yang lebih baik, jadi kerendahan diri itu sangat dibutuhkan, dengan rendah diri, maka orang akan siap membantu kita, dengan rendah diri, maka segala sesuatu yang sulit akan mudah di lewati, dengan rendah diri kita akan memandang semua orang sama, karena kita punya iman dan nilai toleransi, dengan rendah diri kita merasa di cintai, dengan rendah diri artinya kita telah menjalankan firman tuhan, yang artinya, ada kepuasan batin tersendiri secara alami, dan itu harus kita mulai. 

Menyombongkan diri, hanya membuat kita cepat jatuh, menyombongkan diri hanya membuat kita sering bertengkar terutama diri sendiri, dengan menyombongkan diri, makan kita tidak puas. Bikin, kesepatamanmu sekarang, memulainya yang seperti di atas, tapi dengan memulai senyuman kecil, akan membuatmu merasa longgar. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun