Mohon tunggu...
Usniaty
Usniaty Mohon Tunggu... Jurnalis - Publisher

â–¡ Spesifikasi Komunikasi Massa, Publisher, Trampil menulis melalui berbagai flatform media, penulis, esai, sastra, artikel, dan penulis buku Ontologi Sastra Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Uang Dua Puluh Ribu

4 November 2017   15:38 Diperbarui: 7 November 2017   21:21 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah uang dua puluh ribu milikku yang ajaib, ini terjadi beberapa tahun yang lalu, diberikan oleh seorang temanku sebut saja namanya Intan, upahku rekaman iklan bersamanya. Saat itu uang dua puluh ribu di kota yang barang-barangnya sangat mahal, tentu tak berarti apa-apa. Tapi bagiku dan temanku intan lumayanlah buat beli kopi susu dan gula bekal lembur dinas malam.

Uang duapuluh ribuku itu ada tulisannya sebuah huruf kecil, entah bentuknya huruf u atau n, akan tetapi aku kenal betul bentuk fisiknnya, tidak terlalu baru juga sih, namun uangnya masih jelas gambarnya.

Ini kerjaan oknum anak sekolah biasanya, nulis-nulisi uang ga ada kerjaannya, maklum mungkin belajar aja pemalas. Itu oknum ya, banyak kok anak sekolah yang rajin. Nah kembali ke kisah uang ku itu, temanku Intan pergi kios dekat kantor beli kopi nescaffe sachet, gula dan susu, kembaliannya ga ada uang receh dikasiin permen nano-nano dua biji.

Sepanjang pagi hingga siang kami berdua sibuk beberes pekerjaan, saat mau ke kampus aku pamit, "Intan aku duluan ya, soalnya mau ke kampus," intan pun berkata "mbak, wees tu kopi dan sebangsanya udah aku simpan di lacimu," "okey...daaa."

Sampai di kampus udara sangat panas, ingin membeli es pop jualannya mbak Kenayu. Wuihhh seger abis deh kalau si mbak yang bikin esnya, ada rasa gurih -gurihnya. Tetapi teringat uangku sudah ga ada, tadi harta satu-satunya sisa uang dua puluh ribu itu. Maklum besok baru gajian, jadi sisa itu aja uangku, ga ada job tambahan pas lagi. 

Sore pun tiba aku kembali ke rumah, sambil gole-golean baring-baring,  santai-santai maksudnya, tiba pintu di ketuk, weitchhh...siapa nih ganggu orang mau istirahat. Ternyata si Bontet temanku datang. "Akh apa kabar teman.....,"sambil duduk-duduk bercerita dia mengeluarkan dompetnya, ini uang dua puluh tibu belilah gorengan di depan rumah.

Sampai depan penjual gorengan, alangkah terperajatnya..diriku, hahh! bukankah ini uangku tadi? kenapa bisa, ini ada tandanya,u mirip n, .... maka terkenanglah lagi pada kata nenek, ampoku tidak ada yang kebetulan, semua sudah diatur-Nya.

Diam-diam aku tanya si Bontet temanku, dari mana uang dua puluh ribu itu sedangkan dia dari Distrik Selatan, berseberangan jauh dari kantorku, oh itu juga kebetulan tadi ada teman di kantornya yang memberinya uang dua puluh ribu.

Ah uangku, walau hanya dua puluh ribu, tetapi masa seharian jalan-jalan dan kembli lagi padaku. Rejeki memang tidak akan tertukar, batinku menggumam, begitu kata pak ustadz di masjid. Kakek bilang uang hasil jerih payah berkahnya bertambah-tambah tak disangka. Tapi jangan sampai coba-coba uang hasil sikut orang kiri - kanan, nenek bilang anak turunan akan bodoh memakannya...karena daging dan darahnya bergolak, tidak dilihat memang tapi akhirnya terlihat, ada yang gila, sakit aneh, dan sebagainya, menurut nenek lagi, biarpun anak cucu prosesnya kecil remaja bikin pusing... tetapi nanti akhirnya akan insyaf dan sadar, karena berkah dari jerih payah kerja orang tuanya yang tulus mencari nafkah "halal...dingin-dingin yang dia makan" kata nenek. Entah apa maksud halal dingin-dingin. 

Wallahualam, nenekku di alam sana....aku rindu nasehatmu disaat ini hatiku rapuh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun