Mohon tunggu...
Usman Suhana Bisri
Usman Suhana Bisri Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik

Saya usman seorang pendidik SMA di Garut yang telah lama berkecimpung dalam dunia pendidikan sejak tahun 2008 hingga kini. Mata pelajaran yang saya pegang adalah seni budaya pada cabang seni musik. Menulis adalah kegiatan yang terus ingin saya asah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pemikiran Ki Hajar Dewantara: Antara Idealisme dan Dilema Pendidikan Kita

10 April 2021   11:47 Diperbarui: 10 April 2021   11:59 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hal lain yang mesti menjadi perhatian adalah ketika kecepatan kemampuan anak-anak milenial dan generasi Z menguasai teknologi digital, tanpa dibekali dengan keimanan dan akhlak mulia, menyebabkan anak-anak banyak terjebak pada hal-hal yang disebut dekadensi moral. Perkembangan peserta didik yang tidak terkontrol dengan baik dan bijak, akan melahirkan anak generasi milenial dan generasi Z yang bermoral rendah. Bila moralitas kalah, maka ini menjadi tantangan berat bagi guru dan masyarakat bangsa.

Hal inilah menjadi titik balik yang mesti kita buka lagi lembaran-lembaran tentang pendidikan kita. Kita harus pahami lagi, Ki Hajar Dewantara sebagai pendidik asli Indonesia telah mengisyaratkan dalam pandangannya mengenai pendidikan kita. Beliau melihat bahwa pendidikan harus dilihat dari sisi manusia lebih pada sisi psikologinya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa, dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi.

Dengan memperhatikan hal di atas, maka sudah saatnya sebagai pendidik mengambil keputusan untuk berbenah diri melakukan perubahan-perubahan dalam pembelajaran. Sudah saatnya pendidik melakukan aksi nyata untuk bergerak dan terus belajar agar dapat memberikan tuntunan yang diharapkan dalam membangun diri manusia untuk lebih manusiawi. Disinilah pentingnya mengembalikan fungsi pendidikan yang hakiki yang sebenarnya untuk membangun manusia dengan watak dan kepribadian yang utuh sebagai pribadi dan sebagai masyarakat.

Selain itu, seorang pendidik pun harus tetap memiliki jiwa dan pandangan yang terbuka. Kita tidak bisa menutup mata terhadap perkembangan zaman dengan perubahan teknologi yang begitu pesat. Pendidik harus melek teknologi tetapi tetap diimbangi pula dengan penanaman karakter dan pribadi yang baik bagi anak-anak.

Guru yang efektif memiliki keunggulan dalam mengajar, dalam hubungan (relasi dan komunikasi) dengan peserta didik dan anggota komunitas sekolah, dan juga relasi dan komunikasinya dengan pihak lain (orang tua, komite sekolah, pihak terkait), segi administrasi sebagai guru, dan sikap profesionalitasnya. Sikap-sikap profesional itu meliputi antara lain: keinginan untuk memperbaiki diri dan keinginan untuk mengikuti perkembangan zaman. Maka penting pula membangun suatu etos kerja yang positif yaitu menjunjung tinggi pekerjaan, menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaan, dan keinginan untuk melayani masyarakat. Dalam kaitan dengan ini penting juga performance/penampilan seorang profesional secara fisik, intelektual, relasi sosial, kepribadian, nilai-nilai dan kerohanian serta mampu menjadi motivator. Singkatnya perlu adanya peningkatan mutu kinerja yang profesional, produktif dan kolaboratif demi pemanusiaan secara utuh setiap peserta didik.

Bisa kita cermati petikan dari salah satu lirik lagu Iksan Skuter

"makin hari makin susah saja, menjadi manusia yang manusia"

"sepertinya menjadi manusia adalah masalah bagi manusia"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun