Temuan migas dan migas tersebut sudah mulai di eksploitasi oleh berbagai perusahaan termasuk dari RRC,India,Korea,Belanda,bahkan RRC sudah bangun jalur pipa sepanjang lebih 803 km untuk menyalurkan gas ke daratan cina adalah fakta yang tidak terbantahkan.
Dari situ konflik bermula yang libatkan pihak luar Myanmar,sedang dipihak Myanmar terpecah jadi dua kubu,kubu Rohingya yang merasa dapat bagian kurang dan kubu penguasa yang merasa sudah bertindak adil.
Kubu Rohingya sebagian membentuk front perlawanan dengan tujuan memisahkan diri dari Myanmar dan membentuk Pemerintahan sendiri,tentunya keinginan tersebut disikapi dengan kekerasan oleh pemerintah Myanmar dan dianggap sebagai gerakan separatisme.
Kubu Rohingya dapat dukungan pihak luar,agar dukungan tersebut besar ,maka isu "agama" dipakai,berupa Islam(Rohingya) vs Budha(myanmar).
Berita hoax seputar penindasan terhadap muslim Rohingya pun menyebar viral di media sosial,beragam aksi solidaritas mengecam pemerintah Myanmar merebak di banyak negara,termasuk di Indonesia.
Bahwa ada persoalan antara Rohingya dengan pemerintah Myanmar yang berpangkal soal rebutan migas memang ada,tapi kalo sampai terjadi genocide kok kesannya dilebih lebihkan..
Akan lebih baik bila kita sebagai bangsa Indonesia mau bersikap bijak dalam memantau konflik yang sedang terjadi tersebut,jangan sampai mengoyak persatuan dan kesatuan bangsa.
Melakukan diplomasi damai yang dilakukan pemerintah patut didukung,disaat yang sama kampanye menyebar kebencian dihindari.