"Terima kasih Pak." Sarjana belum begitu yakin bahwa dirinya tidak lulus tes CPNS.
Di sela kesibukannya, Sarjana membuka koran dan membacanya. Dicari-carilah namanya pada daftar peserta yang lulus tes CPNS sampai dia yakin bahwa namanya tidak ada. Namun harapan masih ada sekitar dua puluh persen. Karena dia dibantu Haji Luthfi melalui jalur khusus, maka ada kemungkinan lulusnya pun diberitahu secara khusus pula.Dia sangat berharap Haji Luthfi memberikan surat tanda lulus tes secepanya.
Dia segera mengontak Haji Luthfi. Tidak tersambung. Diulanginya berkali-kali."Halo! halo! Halo!" Usahanya sia-sia. Dia mencoba menghubungi kakak iparnya, Ahmad Kasmadi. Terhubung. "Kak, coba hubungi Haji Luthfi, tolong Kak!"
"Ada apa Sar?"
"Nama saya tidak ada di pengumuman kelulusan di koran."
"O begitu, kau yakin tidak ada, Sar?"
"Iya Kak."
"Sebetulnya semalam aku juga menghubunginya, tapi tidak bisa. Nomornya tidak aktif. Kalau begitu, nanti saja kita ke rumhnya.
"Baiklah. Terima kasih Kak."
***
Haji Luthfi menghilang. Rumah yang pernah ditinggalinya telah berganti penghuni. Ternyata ketika itu dia mengontrak di situ. Sarjana, juga Ahmad Kasmadi, kehilangan jejaknya. Yakinlah Sarjana bahwa Haji Luthfi telah melakukan kecurangan. Menyusul kabar bahwa Haji Luthfi kawin lagi. Sementara itu, ada kabar lain yang dapat dipercaya kebenarannya bahwa Pak Marsin diam-diam ternyata mengikuti tes  CPNS dan lulus. Sarjana terheran-heran dan malu andai berjumpa Pak Marsin, guru SD yang rendah hati itu.[] Â
  Â
 Â
...
Â