Mohon tunggu...
USMAN HERMAWAN
USMAN HERMAWAN Mohon Tunggu... Guru - Belajar untuk menjadi bagian dari penyebar kebaikan

BEKAS ORANG GANTENG, Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sarjana

1 Desember 2020   00:10 Diperbarui: 26 Januari 2024   05:25 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jangan bicara soal pernikahan, Pak. Saya akan menikah kalau sudah jadi PNS."

"Hmmm! Terserah kamulah. Kalau kamu yakin ingin berkompetisi di pemilihan ketua RW, kami hanya bisa mendoakan. Semoga berhasil."  Bapaknya berusaha menyembunyikan rasa pesimisnya.

"Kalau terpilih saya akan membangun kantor, kantor sekretariat RW. Kira-kira mirip dengan kantor kepala desa."

"Nah mungkin itu bisa kamu sampaikan dalam kamanye."

"Bukan kampanye Pak, tapi penyampaian visi-misi."

"Ya, sampaikan visi-misimu dengan bahasa yang dapat dipahami banyak warga yang mayoritas hanya tamatan SD dan banyak yang tidak pernah sekolah."

"Baik, Pak."

Menurut prediksinya, peluangnya untuk meraih suara terbanyak cukup besar. Lawannya adalah ketua RW lama yang kinerjanya dikeluhkan banyak warga, dan pendidikannya tidak tamat SD. Lawan yang satu lagi, hanya lulusan SD, pekerjaan sehari-harinya sebagai pedagang ayam potong di pasar.  Dia cukup percaya diri dengan gelar sarjananya. Nama dan gelarnya tertulis di bawah foto dirinya pada baliho yang terpasang dekat area pemungutan suara.

Prosesi pemungutan suara pun berlangsung tanpa hambatan berarti. Suasana pemilihan hampir menyerupai pemilu, pesta demokrasi lima tahunan. Walhasil, perolehan suara terbanyak diraih oleh ketua RW lama. Dia tidak kuasa menyembunyikan kekecewaannya. Sehari setelah pemilihan itu dia tidak masuk kerja. Gairah kerjanya menurun dalam beberapa hari. Namun keceriaan anak-anak kelas tiga mampu memantik semangatnya untuk kembali beraktivitas seperti biasa.

***

Keinginannya untuk jadi pegawai negeri kembali menguat. Bapaknya telah menjual sawah. Sebagian besar uangnya diserahkan kepada seseorang yang belakangan diketahuinya bernama Haji Luthfi. Perkenalannya dengan Haji Luthfi diperantarai oleh Ahmad Kasmadi, kakak iparnya yang juga kepala SD di Kampung Angsana. Katanya, Haji Luthfi adalah orang kepercayaan kepala dinas pendidikan provinsi. Waktu sekolah di SPG, Sekolah Pendidikan Guru, setara SMA, Haji Luthfi merupakan kakak kelas Ahmad Kasmadi. Maka tak ada keraguan baginya, juga bapaknya memberikan kepercayaan kepada Haji Luthfi untuk memperjuangkan nasibnya, yakni menjadi pegawai negeri di dinas pendidikan provinsi. Serah terima uang dilakukan di rumah bapaknya. Ada kuitansinya, dibubuhi meterai. Ahmad Kasmadi turut menandatangani sebagai saksi. Ada catatan yang ditulis Haji Luthfi: jika gagal uang kembali. Tidak dituliskan jumlah nominal yang akan dikembalikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun