Mohon tunggu...
Usman D. Ganggang
Usman D. Ganggang Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan penulis

Berawal dari cerita, selanjutnya aku menulis tentang sesuatu, iya akhirnya tercipta sebuah simpulan, menulis adalah roh menuntaskan masalah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lebih dari Itu Cintaku

10 Juni 2017   19:59 Diperbarui: 10 Juni 2017   20:03 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Merespon Antalogi Puisi Terimakasih Jogja)

Judul buku : Sajak Terimakasih Jogja
 Penerbit : PT LKIS Printing   Cemerlang-Yogyakarta
 Tahun terbit : Februari 2015
 Tebal buku : XIV + 254 halaman

Oleh Usman D.Ganggang*]

Sebuah buku Antalogi Puisi bertajuk Terimaksih Jogya, telah hadir di tengah pembaca. Adalah hasil karya dua penyair kelahiran Bima. Namanya tidak asing lagi bagi pembaca, yaitu H.Muhammad Tahir Alwi yang meski umurnya lebih dari setengah abad  dan Hj.Kusuma Sari Hikmawati, berumur muda alias paruh baya, tapi semangatnya dalam menawarkan cinta , masih menyalah-nyala, demi pencerahan kepada generasi berikutnya.

Dengan tajuk ‘Terimakasih’, setidaknya oleh penyair mau memberi saran kepada kita sebagai pembaca bahwa terimakasih itu penting artinya diwujudnyatakan dalam keseharian. Apalagi, jika di sana ada kisah-kasih terkait romantika hidup.Bagaimanapun juga, terimaksih  merupakan pernyataan ikhlas dari relung hati terdalam, bahwa si ‘aku’ ( tokoh yang diciptakan penyair) telah diterima oleh si ‘dia’ (tokoh yang juga diciptakan penyair).

Meskipun tajuknya berbicara settingnya Kota Jogya, namun itu sebagai sentralnya saja. Sementara detail penunjangnya berbicara hingga settingnya sampai di Lawata pantai terindah di dekat Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).Penggelandangan imajinasi penyairnya begitu melalang buana. Apa yang dicari? Setelah dicermati , ternyata  “CINTA” (dalam arti umum) yang dominan, tinimbang soal lain-lainnya.

Mari kita buka dan baca halaman 143, misalnya, di sana ada judul ‘Berdua Kita Pergi’ karya Hj.Kusuma Sari Hikmawati. Lalu, kita lirik halaman 238 ada judul ‘Cinta Sejati’ karya H.Muhammad Tahir Alwi. Atau kita lihat pada halaman 198 , kita disuguhi judul ‘Deru Rindu’ dan dalam halaman 138 ‘Jatuh Cinta’  oleh Hj.Kusuma Sari Hikmawati serta ditemui juga terkait cinta pada halaman 164 ‘Cinta Rasulullah saw’ oleh H.Muhammad Tahir Alwi. Judul-judul pada halaman tersebut merupakan bukti nyata bahwa, tema sentral buku ini terkait CINTA.

Iya, Cinta, selalu dikejar anak manusia!  Mestilah dipahami cinta tidak selamanya mendatangkan kebahagiaan, karena cinta tanpa harga diri, pincang jadinya. Itu pula sebabnya, kedua penyair dalam Kata pengantar mengurai demikian,” Kami menghantar, di antaranya, yang menyakitkan, menyedihkan, dan yang sangat mesra dari kehidupan anak manusia yang memiliki cinta dan bercinta”.

Bagaimana kisah-kasihnya hingga demikian jadinya? Tentulah berdasarkan fakta riil di lapangan, mata setiap individu terkadang buta melihat kehadiran cinta, hingga orang sekitar cinta senantiasa berujar, "Cinta itu buta!" Padahal sejatinya, cinta itu tak pernah buta. Konkretnya, cinta hingga kapan pun tak pernah buta. Boleh jadi yang buta adalah orangnya yang kerap jatuh cinta tanpa memilah untuk memilih. Ujungnya, kisah cinta tak sampai.

Setidaknya, bermula dari sinilah, Yanti bernama lengkap Kusuma Sari Hikmawati , penyair kelahiran Bima -NTB , mendeskripsikan ide serta gagasannya terkait cinta. Sekedar contoh, Yanti meminta dia-lirik( dia yang diceritakan) terkait menghitung jumlah pasir sepanjang Pantai Lawata lokasi objek wisata Kota Bima Provinsi NTB, dalam karyanya berjudul "Berdua Kita Pergi", menyarankan kepada pembaca untuk senantiasa mengajak sesame umat manusia  dalam suatu usaha, apakah itu soal cinta ataukah soal dagang, pokoknya selalu ada kata kunci ‘bersama’.

Iya, sebesar atau sebanyak apa pun jumlahnya pasir, secara logika, masih dapat dihitung jumlahnya, jika saja kita mau menghitungnya. Sementara cinta, meski tidak dapat menghitung jumlahnya, tokh orang akan merasakannya lebih dari memastikan jumlah pasir yang rumit hitungnya karena selain jumlahnya banyak juga bentuknya lebih kecil."lebih dari itu, cintaku padamu", desis Yanti yang dalam kesehariannya bertugas di rumah sakit Kota Bima  itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun