Mohon tunggu...
Usman D. Ganggang
Usman D. Ganggang Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan penulis

Berawal dari cerita, selanjutnya aku menulis tentang sesuatu, iya akhirnya tercipta sebuah simpulan, menulis adalah roh menuntaskan masalah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aku Terima, Sebab Dia Anakku!

8 Januari 2019   23:55 Diperbarui: 9 Januari 2019   00:00 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Memori Dialog Indah bersama anak gantengku di seberang)

Sekali waktu, anak cowokku yang kini sedang duduk di bangku kuliah, bertanya tentang pengertian puisi. "Apa itu puisi , ayah? Soalnya setelah saya membaca berbagai teori puisi, jawabannya bermacam-macam. Sulit saya simpulkan", ujarnya sembari membaca Antalogi Puisiku bertajuk" Ketika Sepi Meninggalkan Sunyi" Juga "Kebohongan Indah".

Semula saya kurang respek terhadap pertanyaannya, karena menurut saya, pertanyaan seperti itu, isinya menguji saya. Kalau dia tidak mengerti, dia seharusnya meminta saya untuk menjelaskan pengertian puisi. Misalnya, "Ayah, saya kurang paham pengertian puisi, saya minta penjelasan, ayah! " Atau," Puisi itu sulit sekali , ayah, padahal saya sudah mencari pengertiannya!" Dengan cara seperti ini, saya jadi paham bahwa dia meminta saya untuk menjelaskannya. "Sebaliknya Saya juga kurang paham, mengapa dia kurang mengerti, padahal tentang puisi ini sudah diperoleh sejak mereka duduk di bangku SMP, malah sejak SD mereka sering diminta ibu-bapak guru untuk membaca puisi. Selain itu, dia belajar di teknologi informatika, apa kaitannya dengan bidang seni ini",, batinku.

Tetapi, pada akhirnya, saya paham, kalau yang namanya dunia seni termasuk seni puisi ini , bukan hanya milik penyair atau guru bahasa , akhirnya tokh, saya juga tidak tega untuk tidak menjawabnya. Apalagi, dia punya hoby yang sama juga dengan saya, yakni menulis. Maka kuajukan lagi pertanyaan kepadanya, "Tetapi ananda pernah membaca puisi, kan?" tanyaku sembari menyembunyikan kemarahanku.

"Ya, iyalah ayah! " jawabnya singkat memanfaatkan gaya bicara orang Jakarta, padahal dibesarkan di Timor yang punya dialek sendiri, seperti : son tau dari kata : Sonde tahu ( = tidak tahu), sapi main bola dari kata : saya pergi bermain bola; kermana = bagaimana. "Iya, kebetulan aja, kamu itu kuliahnya di Jakarta", batinku.

Kalau begitu, kataku kemudian, ananda pasti bisa merumuskan pengertiannya. Pasalnya, puisi memang luas pengertian. Bisa diberi arti bermacam-macam berdasarkan cara pandang orang tentang puisi. Tapi yang paling mudah untuk memperoleh jawabannya adalah dengan menemukan wacananya,Lalu kita membacakan wacananya, misalnya puisi" Aku" karya Chairil Anwar. Di sini kita berhadapan dengan wacana yang dimaksud. Maka, di sini kita melihat ada "keakuan yang ditonjolkan penyairnya," /....Aku ini binatang jalang dari kumpulan terbuang..//. Atau kalau membaca karya Taufik Ismail," Ini dari kami bertiga, pita hitam untuk kakak kami yang ditembak siang tadi "(dalam: Karangan Bunga).

Sambil merenung sebentar, dia kembali berbicara, "Jadi, ada ungkapan perasan di sini selain tentunya ada juga pikiran menyatukan maksud,"ujarnya memberi simpulan."Bagus!" pujiku singkat.

Namun begitu demi ada pegangannya, kuberikan jawaban yang paling luas dan popular yang diberikan Jacques Maritain yang dikutip oleh Ragil Suwarna Pragolapati penyair kelahiran Jogya yang hilang di Laut Selatan Jogya,mengatakan, "Puisi adalah pertemuan atau peleburan antara dunia-dalam manusia dengan dunia-dalam benda-benda dan alam". Dengan criteria ini, tulis Ragil dalam DIAN(1981), maka puisi bisa terdapat di dalam cerita pendek(cerpen), novel, sajak, lukisan, music, tari atau terhadirkan dalam percintaan, kematian, surat, kegembiraan, kesedihan dan segala keadaan.

"Lalu, bagaimana pendapat penyair dan seniman kita termasuk dari ayah? Soalnya nama yang diangkat ayah adalah nama orang di seberang sana?"kembali dia bertanya.

"Ragil Suwarna Pragolapati adalah salah seorang penyair yang dikagum ayah", kataku. Menurut dia, puisi adalah penyatu-paduan antara subjek (diri si penyair) dengan objek (idea, suasana, tema, alam, dll). "Tentu jawaban ini, tidak terlepas dari hasil bacaan kita dalam bentuk wacana tadi",uraiku, sembari menambahkan karena itu maka hadir pula fungsi puisi buat penikmat puisi.

"Mencermati uraian ayah, dapat dikatakan pengertian puisi erat terkait dengan fungsi puisi yang bermacam-macam itu, di situ terjadi penyatu-paduan dua dunia yakni dunia dalam alam dan benda-benda dengan dunia dalam manusia", dia memberi simpulan sementara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun