Mohon tunggu...
Usman D. Ganggang
Usman D. Ganggang Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan penulis

Berawal dari cerita, selanjutnya aku menulis tentang sesuatu, iya akhirnya tercipta sebuah simpulan, menulis adalah roh menuntaskan masalah

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Memburuh Kasih Perempuan Sampan

16 Mei 2018   12:11 Diperbarui: 16 Mei 2018   13:26 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagimanapun, seperti diakui Raudal Tanjung Bauna, dalam Kata pengantar buku novel ini, Kiranya menarik melihat penjabaran novel Memburuh Kasih Perempuan Sampan ini, "Kemauan dan kemampuan Akib mengangkat marwah Orang Laut-sebutan untuk orang dari suku bangsa Persukuan yang hidup mengembara di lautan- dalam batas tertentu saya kira mendekati masalah nasib penghuni yang berlatar kampung di celah gunung atau pulau karang terutama terkait nasibnya yang tak pasti".

Bagaimana tidak? Dari segi kemampuan, Akib yang adalah suami dari Armita Thaib, S.Ag dan ayah dari Tiara Ayu Karmita, Safril Rahmat dan Sasqia Nurhasanah ini, bercerita dalam hantaran bahasa yang unik dan puitis. 

Unik, demikian Raudal, karena bahasanya kental bercita rasa Melalyu, sehingga bahkan logat  ucap tokoh-tokohnya seperti lekat di daun kuping, dan untuk itu semua ia ceritakan dengan enak memasukkan kosakata setempat tanpa catatan kaki, boleh jadi ini efek "sihir" lingua-franca, atau hipnotis "rasa" bahasa.

dok.pribadi
dok.pribadi
Dari 46 sub judul dalam novel ini, memang tercantum hal-hal yang disebutkan Raudal Tanjung Banua. Menikmati alur-alurnya, amat menggugah penikmat atau pembaca, meskipun sulit juga memahami kosakatanya. 

Kita lihat saja pada sub," Sekali Merengkuh Dayung". Ini percakapannya," Lung, saya datang tanpa diundang.Saya membawa rombongan.Kami nak jumpa dan bincang-bincang perkara mustahak dengan Lung dan sesiape terbabit dengan Lung di sini", kata lelaki yang berjalan menuju pantai sebagai mewakili rombongan Asep

"Saya dah pun tahu, Wan. Anak saya Nyin sudah bicara semalam. Dan bukakah bersama Wan ada anak muda bernama Asep?" tanya ayah Nyaina sambil menyalami Wan. "Memang betullah adanya Lung.Dia sangat terdera oleh cintanya kepada Nyaina..."

Menyimak kosa-kata yang ada dalam penggalan di atas, pembaca atau penikmat rasanya pahami maksudnya meski ada kosa kata yang unik dan terasa pelik dipahami. Boleh jadi, itulah yang dimaksudkan Raudal Tanjung Banua dalam Kata Pengantar buku Novel ini, " terjadi efek "sihir" lingua-franca atau hipnotis "rasa" bahasa. Sehinga Raudal selanjutnya berujar," Lewat Licentia puitika semacam ini bahasa prosa Akib jadi terasa indah, puitis, sayup-sayup mengandung muatan pantun atau pepatah lama, namun sebenarnya menarasikan persoalan kekinian".

dok.pribadi
dok.pribadi
Dari segi kemauan, Akib yang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjung Pinang ini, patut diangkat jempol. Bagaimana tidak, setelah kita akrabi isi sub --sub novel yang terangkum dalam "Memburuh Kasih Perempuan Sampan" ini, tampak sekali Akib bergulat dengan tema orang-orang marginal si sudut dunia yang kurang dikenal masyarakat, apalagi masyarakat Kota.

Orang-orang marginal itu, seperti diakui Raudal, isa berupa tenaga kerja yang terasing di negeri seberang, para pengungsi yang terdampar di sebuah pulau, dan dalam konteks tema utama cerita dalam novel ini, adalah perempuan sampan yang secara harafiah memang hidup di atas sampan. Lalu, terkait tidak dikenal masyarakat, karena mereka posisinya jauh dari pusat hingar-bingar kota.

Iya, orang laut, seperti diungkapkan Akib dalam novel ini, diutarakan sebagai orang yang berada di bawah ketiak orang-orang kota, dan siapakah orang Kota itu? Jawabannya tentu yang terdekat adalah Kota Batam. Bahkan Raudal menarasikan dalam Kata Pengantarnya, Orang Kota Batam yang dijuluki Pulau Kalajengking itu, namun oleh kapital modal ekonomi industrial , mereka(orang sampan)  seolah dianggap tidak ada.

dok.pribadi
dok.pribadi
Dalam situasi vakum empati inilah sastrawan Akib lalu masuk untuk memberi suara pada sayup, alih-alih bersedih, ia justru menghembuskan nafas optimisme dan semangat hidup. Alhasil, sosok perempuan sampan yang diwakili oleh Nyaina-dan selanjutnya  sebagai representasi Orang Laut- tidak jauh pada sikap perangai orang cengeng , tapi kuat , riang dan jenaka. "Nyaina dan sosok-sosok lainnya di dalam novel ini digambarkan hidup penuh semangat, sekalipun menghadapi banyak  masalah", puji Raudal.= terkait hadirnya Novel Memburuh Kasih Perempuan Sampan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun