Mohon tunggu...
Uswatul Fitriyah Osadi
Uswatul Fitriyah Osadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Instagram @pesan.us

I'm happy, hurting and healing at the same time..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dengan Media "Boneka Tangan"

7 Maret 2018   17:00 Diperbarui: 14 Maret 2018   12:28 4335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada masa anak usia dini akan selalu sering bertanya, memperhatikan, dan membicarakan semua hal yang didengar maupun yang dilihatnya secara detail. Rasa ingin tahu yang besar dan antusias terhadap sesuatu yang baru tersebut akan diungkapkan melalui kata-kata atau yang disebut berbicara. Ketika akan melihat sesuatu yang menarik perhatiannya, maka secara spontan anak akan langsung bertanya kepada orangtuanya atau lingkungan sosialnya. Karena pada masa anak usia 3 -- 6 tahun adalah masa anak untuh tumbuh dan berkembang, pada masa ini juga anak mempunyai karakteriktik yang berbeda dan unik daripada anak-anak yang lain.

Anak yang memiliki kemampuan berbicara telah menunjukkan kematangan dan kesiapannya dalam belajar, karena dengan berbicara anak akan mengungkapkan keinginan, minat, perasaan, dan menyampaikan isi hati secara lisan kepada orang lain, sesuai dengan teori aspek perkembangan anak menurut Lev Vygotsky. Menurut Vygotsky ada tiga cara anak-anak belajar serta pandangannya mengenai peran bahasa dalam perkembangan kognitif, yaitu: Zona Perkembangan Proksimal, Scaffolding, serta Bahasa dan Pemikiran. 

Pada aspek Bahasa dan Pemikiran ini menurut Vygotsky, tujuan dari percakapan yang dilakukan anak-anak sebetulnya tidak hanya untuk melakukan komunikasi sosial namun juga untuk membantu mereka dalam menyelesaikan tugas. Vygotsky berkeyakinan bahwa anak-anak yang menggunakan bahasa dan pemikirannya secara bersama adalah anak-anak yang lebih memiliki kompetensi sosial daripada mereka yang tidak. Maksudnya, ketika anak tersebut bebicara kepada dirinya sendiri maka mereka sebenarnya sudah menggunakan bahasa dan pemikirannya untuk memerintahkan perilakunnya bahkan mengarahkan dirinya sendiri.

Kemampuan berbicara anak akan berdampak pada kecerdasan bahasa atau linguistiknya, karena dengan berbicara dapat mempengaruhi pada penyesuaian diri anak dengan lingkungan sekitar. Anak yang memiliki kecerdasan linguistik akan dapat dengan mudah belajar berbicara, seperti cepat memahami pembicaraan orang lain disekitar dan dapat menguasai kosa kata yang lebih banyak. Tetapi  kemampuan untuk meningkatkan kecerdasan linguistik anak ini tidak akan tumbuh dengan sendirinya, harus melalui proses pembelajaran dan stimulus dari lingkungan terdekat anak. Melalui interaksi dalam kegiatan belajar maupun bermain, anak secara tidak langsung sudah mengembangkan kecerdasan lingustiknya. Hal ini akan terus berlangsung sesuai dengan bertambah usia sang anak.

Sedangkan, Pendidikan Anak Usia Dini seharusnya memberi fasilitas kepada anak didiknya dengan menggunakan banyak metode dan mengeksplorasi kembali sumber belajar untuk media pembelajaran yang dapat merangsang minat belajar dan mengembangkan kecerdasan bahasa atau lingustik anak. Metode yang dapat mengembangan kecerdasan linguistik anak adalah menggunakan metode bercerita dan menggunakan media pembelajaran "Boneka Tangan".  Bercerita menggunakan boneka tangan diharapkan anak-anak akan lebih tertarik untuk mencoba bermain dengan tidak melupakan aspek perkembangan bahasa serta kecerdasan linguistik.

Bercerita atau mendongeng merupakan warisan budaya yang sudah lama kita kenal, bahkan dijadikan sebagai kebiasaan atau tradisi bagi para orangtua untuk menidurkan anak-anaknya. Melalui cerita atau dongeng banyak hal tentang hidup dan kehidupan yang dapat kita informasikan kepada anak-anak. Begitu juga pesan-pesan moral dan nilai-nilai agama dapat kita tanamkan kepada anak-anak melalui tokoh-tokoh yang ada dalam cerita atau dongeng tersebut. 

Media boneka tangan merupakan media dalam pembelajaran bercerita yang sesuai dengan karakteristik anak-anak usia dini yang berada pada tahap pengenalan. Pembelajaran bercerita kadang kurang menarik perhatian anak-anak, akibatnya anak-anak yang malu dan tidak mau bercerita ke depan kelas. Oleh karena itu perlu media Boneka sebagai alat bantu untuk menyampaikan materi pembelajaran. Penggunaan media boneka tangan, sebaiknya dilaksanakan pada kelas kecil, agar perhatian guru dapat menyeluruh dan anak-anak mendapat waktu lebih lama untuk menggunakan boneka tangan, memperhatikan penggunaan panggung boneka, dan sebaiknya menggunakan cerita yang tidak terlalu panjang dan jenis ceritanya adalah cerita fabel.

Dengan bercerita dan dibantu media boneka tangan maka anak-anak akan lebih tertarik untuk belajar, kerena dengan cerita anak-anak akan bisa menambah kosa kata bahasa dan kecerdasan linguistiknya terbentuk.

Sumber : John W. Santrock - Life-Span Development (Jilid I)  & Mursid - Belajar dan Pembelajaran PAUD

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun