Mohon tunggu...
Usamah Zaki
Usamah Zaki Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Teknik Kimia ITB. Mencari perjalanan yang menyenangkan dan membawa hikmah besar. sedang menekuni bidang kemasyarakatan dan social enterprise.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Plastik, antara Pengurangan, Daur Ulang, Campuran Aspal, dan Insenerasi

8 Mei 2018   19:00 Diperbarui: 8 Mei 2018   19:26 1156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: istockphotos.com)

Penulis mengutip kata-kata kang Sano, pendiri greeneration.id , bahwa permasalahan sampah di Indonesia harus disolusikan secara paralel pada semua stakeholder yang terlibat. Sektor yang harus dibenahi tidak lain yaitu regulasi, keekonomian pengelolaan sampah, penyedian teknologi yang memadai, partisipasi semua orang, dan ketegasan institusi.

Ketika faktor-faktor tersebut tidak berjalan beriringan maka yang ada adalah perulangan upaya yang tidak berujung dan tidak merombak keadaan. Wacana revolusi mental yang digaungkan harus dapat menjadikan sampah menjadi pikiran setiap orang. Masyarakat menjadi sadar bahwa sebisa mungkin mereka tidak memroduksi sampah atau menyalurkan sampah dengan cara-cara yang bertanggung jawab.

Hal ini dapat didukung dengan menghadirkan insentif dan hukuman untuk membiasakan masyarakat sadar untuk ikut serta dalam upaya pengelolaan sampah.

Segi teknis, sampah plastik juga sudah ditangani dengan cara yang beragam. Saat saya mengambil mata kuliah Teknik Penanganan Limbah Plastik prodi Teknik Kimia ITB, kami dikenalkan pada teknologi insenerasi, daur ulang, dan pemanfaatan sebagai campuran aspal. Daur ulang sendiri sudah banyak dilakukan dan digunakan kembali oleh industri-industri food and beverage sebagai bentuk mereka bertanggung jawab dalam upaya penanganan limbah plastik yang mereka hasilkan.

Insenerasi sendiri merupakan teknologi pembakaran limbah plastik yang terlebih dahulu dikeringkan. Panas dari pembakaran tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembangkitan listrik, konsep ini disebut waste to energy. Pengurangan volume sampah dari proses ini dapat mencapai 95% berat awal, ini menjadikannya metode paling efektif untuk mengurangi volume sampah plastik yang menumpuk.

Pemerintah sendiri pernah mengamanahkan pembangunan PLTSampah dengan metode insenerasi, namun mendapat protes dari masyarakat karena emisi yang mengganggu pernfasan. Proses insenerasi pada suhu 450-850oC  menghasilkan dioksin yang mengakibatkan kerusakan kulit, hati bahkan kelainan saraf dan jantung.

Oleh karena itu, tantangan PLTSampah yaitu mengoperasikan suhu pembakaran di atas 850oC untuk mencegah terhasilkan dioksin dan mensosialisasikannya secara benar ke masyarakat sekitar.

Penggunaan sampah plastik sebagai aspal juga merupakan solusi untuk mengurangi sampah plastik skala besar. Penelitian di India telah membuktikan, campuran plastik pada aspal dapat meningkatkan kekuatan aspal.

Namun kajian lingkungan sampai saat ini belum dapat menjamin keamanan dari aspal yang tercampur plastik ini, dikarenakan masih ada kemungkinan plastik tersebut mencemari udara dan lingkungan akibat kondisi cuaca dan penggunaan jalan tersebut. Maka, kajian mengenai seberapa persen campuran plastik yang aman untuk dijadikan pelapis jalan menjadi penting untuk dipelajari.

 Akhir kata, walaupun agak random, tapi saya mengajak teman2 untuk peduli, minimal banget tidak membuang sampah sembarangan. Syukur-syukur bisa bawa botol pribadi, tempat makanan sendiri, sehingga berkontribusi walaupun kecil untuk pengurangan limbah plastik di Indonesia.

Referensi: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun