Mohon tunggu...
Devy Arysandi
Devy Arysandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Remahan Rakyat

Masih memanusiakan manusia dengan cara manusia hidup sebagai manusia yang diciptakan Tuhan untuk menjadi manusia sebaik-baiknya manusia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jiwa Tak Lagi Bertuan

23 Juni 2022   00:26 Diperbarui: 23 Juni 2022   00:35 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tak pernah tergubris olehku bahwa sapaan angin lalu menjadi pertanda

Berakhirnya kisah kita di pelabuhan kenangan

Membawa serta memori yang meredam amarah untuk tidak diluapkan

Kepada deburan ombak yang melambaikan salam hampa

Renjana rindu ini akan kusimpan dalam dekapan

Agar tak terbawa arus dan terdampar ke tepian

Tidak juga kubuka untuk selama-lamanya

Karena rindu ini bukanlah benda yang bisa kapan saja kulihat rupanya

Namun, hatiku meringis pilu di dalam kalbu

Menopang raga yang telah layu 

Karam di tengah lautan dan tenggelam ke dasarnya

Kau yang dulu, mungkin tidak akan pernah ada lagi

Untukku di hari ini, esok ataupun lusa

Tapi aku, aku mungkin masih tetap ada di sini

Menanti kabar dari angin untuk segera menepi ke dermaga

Merangkai ranting kering yang berserakan di bibirnya

Dan menyeka butiran pasir yang bercampur kerikil hitam

Aku masih di sini, tapi bukan dengan jiwaku 

Melainkan hanya aku, yang tak lagi menjadi tuan bagi jiwaku sendiri

-Jakarta, 22 Juni 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun