Mohon tunggu...
Devy Arysandi
Devy Arysandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Remahan Rakyat

Masih memanusiakan manusia dengan cara manusia hidup sebagai manusia yang diciptakan Tuhan untuk menjadi manusia sebaik-baiknya manusia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Matahari Emas Jakarta

30 Mei 2022   10:38 Diperbarui: 30 Mei 2022   10:41 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerita ini kutuliskan pada hari ke30 di bulan ke-5, tepatnya pukul 09.00 WIB. 

Pagi mulai menyambut keharibaan hari, menggantungi angkasa bersama semburat awan yang masih begitu tipis. Lampu jalan di ujung gang sudah dipadamkan sedari subuh, kala Si Jago menghentakkan kaki kirinya di atas pagar Pak Tabah sambil berbunyi "kukuruyuk". 

Namun, Si Jago kalah cepat bertengger, rupanya gerombolan manusia telah bergemuruh dalam lorong Stasiun Kota yang tengah berlomba untuk sampai terlebih dahulu ke dalam kereta pertama. Lagi-lagi kekalahan menghampiri Si Jago dan berakhir pada kekecewaan.

Hari ini adalah hari pertamaku untuk masuk kembali ke sekolah. Bertatap muka dengan kawan dan para guru yang mungkin sudah datang ke sana. Sedangkan aku, iya aku baru saja terbangun dari tidur panjangku, selepas semalam bergadang menemani bapak ronda. Untung saja ibu tidak kesiangan untuk membangunkanku, lengkap dengan secangkir air yang diarahkan tepat pada mataku, "byurrr". 

Ceritaku berlanjut, ketika aku harus mengangkat kedua kakiku yang berat untuk melangkah ke kamar mandi. Alih-alih mandi, aku malah tertidur dengan posisi jongkok, layaknya orang berhadast. Sampai akhirnya, terdengar ketukan pintu bapak yang sudah mengantri setengah jam yang lalu. Aku pun mempercepat gerakan mandi, tanpa menggosok gigi apalagi bersabun.

Dari kejauhan telah tercium aroma yang begitu menggoda, apalagi kalau bukan nasi goreng telur ceplok kesukaanku. Tidak lupa segelas susu kental manis coklat yang hangat disandingkan bersamaan. Menu yang pas untuk disantap selepas menunaikan ibadah puasa selama semalam. 

Tidak butuh waktu lama untuk aku menghabiskan jatah sarapan, cukup 15 menit lebih 30 detik, piring yang sebelumnya penuh, kini hanya mampu menyisakan 2 bulir nasi di bawah sendok. Keluarga kami, memang sangat terbiasa untuk sarapan sebelum beraktivitas karena kata ibu sarapan itu penting dan bisa mengirit uang jajan.

Dan saatnya aku pergi ke sekolah bersama bapak, mengendarai sepeda motor supra keluaran tahun 2005 ini. Umurnya memang tidak begitu jauh denganku, bahkan sebelum aku lahir motor supra ini sudah lebih dulu menjadi kesayangan bapak. Letak sekolahku tidak begitu jauh dari rumah, kurang lebih berkisar 2 km jaraknya. Akan tetapi, kondisi Ibu Kota yang selalu dan kian padat, mengharuskan aku dan bapak untuk berangkat 1 jam sebelum aku masuk sekolah. Sebab, jika tidak aku ataupun bapak pasti akan telat sampai.

Bapak mengantarkanku sampai depan gerbang sekolah, ia pun melanjutkan perjalanan menuju tempat kerjanya. Keadaan sekolah sudah ramai dengan suara gaduh dari tiap-tiap kelas, aku pun melanjutkan langkahku untuk masuk dan menimba ilmu di sana. Oh iya, aku lupa mengenalkan diriku, namaku Raden Arjuna Prawiranegoro. 

Nama yang panjang bukan? Terdengar seperti tokoh pewayangan dan keturunan ningrat alias kerajaan. Asal-usul namaku ini, sebenarnya masih menjadi perdebatan antara aku, bapak, dan ibu karena yang memberi sudah lama meninggal sebelum aku lahir, beliau adalah kakek buyutku. Singkat cerita, bapak hanya tahu nama ini adalah amanah yang harus diberikan kepada anak laki-laki pertamanya. Kebetulan, hanya aku anak bapak dan ibu, terlebih nama titipan itu adalah nama untuk anak laki-laki.

Di sekolah aku menjadi murid yang bisa dibilang tidak begitu banyak bertingkah, hanya sesekali saja berurusan dan harus masuk ruang guru karena berkelahi atau memanjat pagar sekolah. Begitu juga dengan prestasi, sampai usiaku sekarang ini, setidaknya aku pernah menjuarai beberapa perlombaan, sebut saja tarik tambang atau lomba makan kerupuk. Tidak ketinggalan lomba di bidang akademik, seperti lomba cerdas cermat antar kelas dan terakhir kemarin di tingkat kecamatan. Alhamdulillah....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun