Dosen sering mendapatkan streotipe dengan orang yang ceramah di depan kelas dari mulainya perkuliahan sampai perkuliahan itu berakhir. Streotipe ini boleh jadi benar adanya, karena kebanyakan dari dosen ceramah berjam-jam lamanya di depan kelas.
Bila hal demikian terjadi, bukan mahasiswanya yang pintar tetapi dosennya. Ceramah selama berjam-jam bukan membuat mahasiswa tambah pintar, namun merasakan kebosanan, karena dijejal dengan informasi-informasi yang sulit dipahami.
Hasil penelitian membuktikan bahwa, kemampuan seseorang dalam mendengarkan ceramah hanya berkisar 10 menit saja. Setelah itu, akan sulit menjaga fokus.
Lalu, apa yang mesti dilakukan oleh dosen bersama mahasiswanya?
Dosen harus berprinsip menjadi fasilitator bagi mahasiswanya. Karena saya seorang dosen, saya mengatakan kepada mahasiswa, bahwa saya bertugas sebagai fasilitator. Biasanya saya menggunakan model pembelajaran berbasis projek, sehingga bentuk-bentuk fasilitas yang saya berikan kepada mahasiswa adalah membimbing mereka merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan meningkatkan proyek mereka.
Lalu konten mata kuliahnya di mana? Konten mata kuliah biasanya saya hubungkan dengan proyek mereka. Proyek yang mereka lakukan pada dasarnya untuk memenuhi tugas tidak terstruktur yaitu 60 menit per minggu jika bobotnya 1 SKS. Jika dosen mendapatkan 1 SKS maka sama dengan 170/minggu yaitu 50 tatap muka, 60 menit tugas terstruktur, dan 60 menit tugas tidak terstruktur. Sehingga tugas dosen adalah memberikan fasilitas terbaiknya untuk memenuhi hak mahasiswa.
Dosen yang mengajarkan mahasiswanya membuat proyek berarti melatih mahasiswa menyelesaikan masalah masyarakat sejak di bangku kuliah. Ini dapat dilakukan bersama mahasiswa, tidak hanya melalui mata kuliah PPL atau KKN, tetapi bisa dilakukan dalam setiap mata kuliah yang diajarkan.
Berdasarkan pengalaman saya, mahasiswa akan sangat semangat diajak untuk membuat proyek tertentu. Kegiatan seperti ini tidak hanya menambah hard skill mereka, namun dapat menambah soft skil mereka, seperti; kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, bekerja sama dan kemampuan lainnya. Kuncinya adalah bagaimana usaha dosen untuk memfasilitasi mahasiswa sesuai dengan kemampuan mereka.
Kebetulan saya mengajar di Papua, ternyata mahasiswa Papua yang selama ini dianggap malas belajar, susah paham, literasinya rendah dan lain sebagainya. Ternyata sangat antusias dan hasilnya melebihi ekspektasi. Semua bergantung pada bentuk fasilitas yang kita berikan pada mereka.
Saya menyimpulkan bahwa, tugas dosen tidak hanya menyampaikan apa saja yang sudah dipahami dan dikuasai. Namun lebih dari itu, mencoba memahami apa yang paling dibutuhkan di masyarakat, sehingga bisa mengelola pembelajaran dengan baik dan dapat menjawab permasalahan di masyarakat.
Sorong, Papua Barat Daya, 13 Mei 2023