Mohon tunggu...
Uruqul Nadhif Dzakiy
Uruqul Nadhif Dzakiy Mohon Tunggu... Peneliti -

Saya seorang peneliti di bidang manajemen teknologi dan entrepreneurship, berdomisili di kota Bandung http://www.uruqulnadhif.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Persib dan Nasionalisme Warga Jabar

6 Juni 2018   02:28 Diperbarui: 6 Juni 2018   02:42 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nobar Persib di Taman Film (dok. http://infobandung.co.id)

Saat final Liga Champions (28/5/2018) dini hari, saya sangat susah mencari tempat nonton bareng (nobar). Pertama saya coba survei kafe di daerah Jalan Hasanuddin, di sana ada nobar tapi harus beli tiket alias bayar. 

Selanjutnya saya ke kafe di Jalan Sulanjana ternyata sama juga, full-booked, harus reservasi sebelumnya. Selanjutnya saya menuju Jalan Banda dan ternyata tidak saya temui kafe yang adakan nobar, bahkan cenderung jam segitu (sekitar jam 1 lebih) sudah tutup. Untungnya saat itu saya ditemani teman jadi tidak cepat menyerah karena tak kunjung dapat tempat nobar. 

Maka jatuhlah pada opsi terakhir, ke McD di Istana Plaza. Di tengah jalan, tepatnya di Jalan Merdeka, ternyata banyak parkir motor pertanda ada nobar. Betul, ada nobar di McD BIP, motor pun saya parkirkan dan satu babak pertandingan nonton di sini.

Jika nobar sekelas big match liga champions saja sulit sekali mendapatkan tempat nobar, lain halnya jika Persib sedang main. Jangankan final liga, pertandingan biasa Go-Jek Liga 1 pun mudah sekali ditemui. Seperti tadi malam ketika saya sedang kerjakan kerjaan di sebuah kafe di Linggawastu, channel televisi yang biasanya cuma dipenuhi iklan tiba-tiba menyajikan pertandingan Persib vs PSMS. 

Ternyata banyak orang yang nobar di sini, sebagian pengunjung kafe yang tidak niat nonton terpaksa nonton (seperti saya) karena suara dukungan supporter Persib menciptakan rasa penasaran. Beberapa bulan lalu ketika saya ke China Town juga sama, layar besar digelar di panggung pertunjukan, tak lain untuk nobar Persib. Bahkan banyak RT/RW lakukan nobar ketika Persib main dengan memblokir jalan. 

Jangan tanya ketika Persib juara Indonesia Super League (ISL) 2014, jalan-jalan di kota Bandung macet sampai dini hari. Kala itu saya sudah "ketar-ketir" saat berkendara di Jalan Supratman karena motor saya berplat B.

Nasionalisme Organik

Gambaran yang saya ceritakan di  atas adalah untuk menunjukkan bahwa Persib bagi warga Jabar tak sekedar sebagai klub sepakbola, mungkin bagian dari identitas kebangsaaan (ke-Jabar-an). Persib (Persatuan Sepak Bola Bandung) secara arti harfiah adalah klub sepak bola milik warga kota Bandung, namun realitanya dimiliki oleh seluruh warga Jawa Barat. Karena Persib adalah identitas, maka Ia tak bisa dilepaskan dari jati diri seorang warga Jabar. 

Orang Jabar ya pendukung Persib. Identitas ini menunjukkan keterlibatan emosional dan jiwa untuk tetap bersama apapun yang terjadi. Maka, belum pernah saya mendengar ada orang Jabar yang menjadi anti-Persib karena klub ini lama puasa gelar. Identitas ini beyond title, tetap dukung apapun yang terjadi. Apa yang orang Jabar maknai terhadap Persib saya sebut sebagai bagian dari nasionalisme organik, rasa patriotik yang tumbuh karena kecintaan bukan karena imbalan semu atau kesenangan sesaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun