Di hari ke-14 ini kita kembali akan menyelami dalamnya makna hikmah yang ada di dalam Kitab Al-Hikam.
"Jangan heran atas terjadinya kesulitan-kesulitan selama engkau masih di dunia ini, sebab ia tidak melahirkan kecuali yang layak dan murni sifatnya."
Di atas adalah hikmah ke-32. Hikmah ini memberikan pemahaman yang sangat dalam tentang pandangan terhadap kesulitan-kesulitan dalam hidup kita.Â
Ibn Athaillah, melalui hikmah ini mengingatkan kita bahwa kesulitan, meskipun tampak berat adalah bagian dari takdir yang harus diterima dengan lapang dada. Kesulitan-kesulitan dalam hidup memiliki tujuan yang lebih tinggi dan tidak akan sia-sia, karena ia justru melahirkan kemurnian dan keikhlasan dalam jiwa seseorang yang menghadapinya dengan sabar dan tawakal kepada Allah.
Kesulitan adalah Sarana Penyucian Jiwa
Setiap kesulitan yang menimpa seorang hamba adalah alat penyucian jiwa yang dipilih oleh Allah. Kesulitan-kesulitan tersebut adalah proses penyaringan yang akan membedakan siapa yang benar-benar sabar dan tawakal kepada Allah dan siapa yang tidak. Kesulitan menguji ketulusan niat dan keteguhan hati seseorang dalam menjalankan perintah Allah.
Ibn Athaillah menjelaskan bahwa ujian dan kesulitan yang dihadapi oleh seorang hamba adalah sarana bagi pembersihan hati dan penguatan tekad. Hati yang murni adalah hati yang telah teruji dalam menghadapi kesulitan hidup, sehingga ia bisa meraih derajat yang lebih tinggi di sisi Allah.
Kesulitan adalah Takdir yang Layak dan Sesuai dengan Kemampuan Hamba
Imam Al-Qushayri saat men-syarah tentang hikmah ini mengatakan bahwa Allah tidak akan memberi ujian atau kesulitan kepada hamba-Nya melainkan sesuai dengan kemampuan mereka. Dalam setiap ujian, ada hikmah yang terselubung dan potensi yang bisa berkembang dalam diri orang yang menghadapinya
Allah menilai kekuatan seorang hamba bukan dari seberapa besar ujian yang dihadapinya, tetapi seberapa baik dia menghadapinya dengan sabar dan tawakal.