Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saat Gontor di Teror

26 September 2022   15:27 Diperbarui: 26 September 2022   15:28 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana Pondok Pesantren Gontor diserang/sumber: hajinewsid

Teriakan Kiai Zarkasyi bagaikan cambuk yang melecut semangat kami. Menambah tenaga para santri. Saya pun menegakkan kembali badan dan berjalan tegap, walaupun tidak bisa menahan jatuh air mata karena harus menderita akibat keserakahan orang-orang tak bertuhan yang hanya mementingkan nafsu hewani untuk meraih semua yang mereka inginkan.

Dua hari setelah kami meninggalkan Pondok, kami mendengar kabar bahwa Pondok sudah diserang PKI.

Pemberi kabar menceritakan, di sore hari menjelang Maghrib, PKI mendatangi Pondok Pesantren Darussalam Gontor. Mereka mengepung Pondok dengan pagar betis. Beberapa dari mereka meletuskan senjata, berteriak dengan kalimat-kalimat kasar dan kotor, sengaja memancing dan menunggu reaksi orang-orang di dalam Pondok.

Setelah tidak ada reaksi, seorang pemimpin PKI mendatangi rumah Lurah Rahmat Soekanto. Kai Rahmat kemudian menjelaskan bahwa santri-santri pondok semuanya sudah pergi meninggalkan Pondok.

Merasa kecewa, mereka kemudian menyerbu Pondok sambil berteriak-teriak, "Endi Kiai-ne? Endi Kiai-ne? Kon Ngadepi PKI kene. Asu kabeh****!"

Semua isi pondok dikeluarkan. Buku, peci, baju-baju milik santri dibakar. Begitupun dengan kitab-kitab dan Al-Quran. Bahkan sambil tertawa mereka menginjak-injaknya Al-Quran sebelum membakarnya. Gubuk-gubuk santri yang terbuat dari bamboo pun dirusak.

Suasana mencekam. Merasa belum puas melampiaskan kekecewaan dan kemarahan karena tidak menemukan seorang pun di dalam Pondok. Mereka beranjak kembali ke rumah Lurah Rahmat Soekanto.

Di depan rumah Lurah, mereka berteriak-teriak, "Endi Lurahe? Gelem melu PKI po ora? Lek ra gelem, dibeleh sisan neng kene*****!"  

Lurah Rahmat Soekanto tidak keluar rumah. Dia berada di kamarnya, duduk bersila sambil tak henti berdzikir dan melantunkan doa.

Di luar rumah, orang-orang PKI semakin beringas. Mereka mengacung-acungkan clurit, pedang, cangkul, dan senjata apa pun yang mereka bawa, seraya berteriak dengan kata-kata kotor. Karena Lurah Rahmat tidak juga keluar rumah, mereka bersiap melemparkan obor-obor yang mereka pegang ke arah rumah Lurah.

Alhamdulillah, tiba-tiba datang Pasukan Siliwangi dan Laskar Hizbullah. Kedua pasukan kemudian merangsek dan menembakkan senjata ke segala arah. Serangan mendadak itu membuat orang-orang PKI ketakutan dan lari tunggang-langgang meninggalkan Pondok dalam keadaan porak poranda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun