Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Melawan Kasih Sayang Ibu

25 April 2022   10:49 Diperbarui: 25 April 2022   10:57 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: asianmuslimdotcom

Seketika hatinya penuh oleh hidayah Islam. Dia kemudian, dengan sembunyi-sembunyi, rutin mendatangi majelis Rasulullah di rumah Arqam bin Abi Arqam. Setiap petuah dari Rasulullah semakin membuat hatinya bergelora, semakin meyakini akan ajaran yang dibawa beliau. Penampilan kesehariannya pun berubah. Hidup glamour sudah dijauhi.

Dan, gelagat perubahan itu lama-lama tercium orang rumah. Semua murka, terutama ibunya, mengetahui Mushab bin Umair telah jadi pengikut ajaran baru. Berbagai hukuman dijatuhkan padanya. Semua harta yang pernah diberikan padanya disita, Mushab bin Umair bergeming. Ajaran Islam telah membuatnya punya pandangan lain tentang harta.

Hukuman fisik pun tak luput. Dipukul, dicambuk, sekaligus dijemur, hingga kulit langsatnya berubah menjadi belang dan lebam. Namun, pendirian Mushab bin Umair sekokoh bangunan Ka'bah. Tak goyah sedikit pun.

Tak mempan, Mushab bin Umair kemudian dikurung, tidak boleh keluar. Orangtuanya berharap dengan tidak bertemu Rasulullah, pengaruh 'sihir'nya akan hilang dan Mushaib akan kembali sadar. Namun, usaha orangtuanya itu sia-sia. Kecintaannya pada Islam, telah menguatkan lahir dan batinnya.

Tak mempan juga, orangtuanya kehabisan akal. Mereka kemudian memanfaatkan karakter Mushab yang sangat mencintai ibunya. Mereka hendak menjadikan itu sebagai senjata. Maka, datanglah ibunya menemuinya di ruang penyekapan.

"Wahai, anakku. Kau telah meninggalkan kepercayaan nenek moyang kita, yang ratusan tahun kita anut." Ibunya memulai membujuk. "Kau telah mengecewakan ibumu, yang telah melahirkan dan membesarkanmu. Apakah kau sudah tidak menyangi ibumu lagi? Apakah kau sudah tidak mencintai ibumu ini?"

Mushab bin Umair tidak segera menjawab. Tatapan matanya tajam memandang ibunya. Perempuan yang paling dia hormati dan cintai.

Setelah beberapa jenak Mushab bin Umair pun berkata. "Wahai ibu. Kecintaan saya pada ibu, hormat saya pada ibu tidak berkuran satu senti pun. Saya mengikuti ajaran yang dibawa Rasulullah karena itu ajaran yang benar. Ajaran yang diturunkan oleh Sang Pencipta langit dan bumi ini. Dan hanya Dia yang layak untuk disembah, bukan patung-patung yang dibuat oleh tangan manusia yang menyembahnya."

Memerah wajah ibunya mendengar jawaban Mushab bin Umair. Dua gerahamnya mengatup keras, menimbulkan suara gemerutuk. Tanpa mengatakan satu kata pun, ibunya berpaling meninggalkannya dengan membawa sebongkah rasa kesal dan rasa marah.

Ibunya kemudian melakukan mogok makan dan mengurung diri. Dengan 'menyiksa diri' ibunya berharap timbul rasa kasihan Mushaib kepadanya sehingga mau berubah pikiran. Sebuah pesan disampaikan kepada Mushab bin Umair.

"Wahai Mushab, ibumu, yang menyayangimu, karena kecewa dengan sikapmu, sekarang dia mengurung diri. Ibumu memberi pesan padamu bahwa dia bersumpah tidak akan makan dan minum selama kau tidak meninggalkan ajaran baru itu," Salah seorang saudaranya menyampaikan pesan dari ibunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun