Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Uktubuu!

27 Januari 2022   09:11 Diperbarui: 27 Januari 2022   09:14 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: nepalnews.com

Saat diskusi tentang menulis di sebuah grup Whatsapp (WA) salah seorang teman bertanya, "Kalau di dalam Al-Quran ada perintah membaca dengan firman Allah 'Iqra!' (bacalah!) apakah ada juga perintah untuk menulis?"

Wah, ini pertanyaan sederhana tetapi untuk menjawabnya perlu membuka Al-Quran dulu. Maka, saya pun membuka software QSoft di laptop dan mulai searching kata 'menulis'. Bingo, ketemu. Ada kata 'Uktubuu!' yang artinya 'maka tuliskanlah!' Istimewanya, kata ini terdapat pada ayat terpanjang di antara semua ayat Al-Quran, yaitu di ayat 282 surat Al-Baqarah. Ayat ini panjangnya menghabiskan satu halaman.

Walaupun perintah menulis dalam ayat tersebut spesifik untuk menuliskan hal-hal administratif, justru ini menjadi penekanan pentingnya pekerjaan menulis tersebut. Menulis dalam hal ini untuk menjaga hal-hal yang tidak diharapkan terjadi dalam hubungan perjanjian antara dua manusia. Supaya lebih jelas posisi aktivitas menulis dalam ayat 282 tersebut, baiknya kita baca keseluruhan ayat tersebut secara lengkap.

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah (jual-beli, utang-piutang, sewa-menyewa, dll.) tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu 'amalahmu itu), kecuali jika mu 'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. Al-Baqarah: 282)

Panjangnya ayat ini menjelaskan pentingnya urusan administrasi dalam sebuah perjanjian. Dan inti dari administrasi adalah MENULIS. Dengan adanya tulisan, hal-hal yang tidak diinginkan dalam sebuah perjanjian bisa dihindari. Menulis menjadi sesuatu yang tidak bisa dianggap enteng.

Islam sangat memandang pentingnya aktivitas menulis selain membaca. Ketika terjadi perang Yamamah, banyak yang mati syahid dari kalangan kaum muslimin. Dan yang syahid tersebut kebanyakan para penghafal Al-Quran. Saat itu Al-Quran belum ditulis dalam arti dikumpulkan menjadi sebuah kitab. Ketika Rasulullah menyampaikan wahyu, para sahabat hanya menghafalkannya dan ada juga yang menuliskannya di daun lontar, tembikar atau benda apapun yang bisa dijadikan sebagai media tulis.

Nah, saat para penghafal Al-Quran banyak yang meninggal (syahid), Abu Bakar ash-Shidiq yang saat itu menjabat Khalifah merasa cemas akan hilangnya ayat-ayat Al-Quran. Maka, dia pun ber-ijtihad atau mengambil keputusan untuk menuliskan ayat-ayat Al-Quran yang berceceran itu dan mengumpulkannya menjadi sebuah mushaf (kitab). Peristiwa ini menunjukkan pentingnya aktivitas menulis. Dengan menuliskannya menjadi sebuah mushaf, kita sekarang dapat membaca Al-Quran secara lengkap dan mudah.

Begitu juga dengan hadits. Apa-apa yang dikatakan dan diperbuat oleh Rasulullah SAW yang harus kita ikuti dan jadikan acuan dalam beraktivitas sehari-hari, menjadi tersampaikan kepada kita karena jasa para periwayat hadits yang menuliskannya. Walaupun perkataan dan perbuatan Rasulullah SAW itu terjadi lima belas abad yang lalu.

Selain itu, dengan menuliskannya, orisinalitas atau keotentikan Al-Quran dan Hadits dapat selalu terjaga sepanjang masa. Ayat Al-Quran yang kita baca hari ini sama dengan yang dibaca oleh para sahabat dahulu ketika mereka mendengar langsung dari Rasulullah SAW. Begitupun dengan hadits. Orisinalitas Al-Quran dan hadits ini akan terus terjaga sampai kapan pun. Dan, ini karena aktivitas MENULIS.

Semoga ini menjadi motivasi dan penambah semangat bagi kita untuk menulis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun