Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Gejolak Fitnah (1)

20 Februari 2021   13:24 Diperbarui: 20 Februari 2021   20:32 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah fragmen kelam dalam kehidupan Rasulullah SAW.

Sebuah pembuktian bahwa cinta dan ketaatan mampu meredam gejolak fitnah.

Malam telah melewati dua pertiganya ketika Rasulullah SAW menginstruksikan pasukan kaum Muslimin untuk bersiap-siap melanjutkan perjalanan pulang ke Madinah. Fajar pun akan segera tiba. Ingin segera kembali ke Madinah, membuat Rasulullah SAW mengambil keputusan untuk segera berangkat begitu selesai salat Subuh.

Semalam beristirahat dirasa cukup untuk menghilangkan lelah setelah berperang melawan Bani Musthaliq. Walaupun perlawanan Bani Musthaliq dapat diredam hanya dalam waktu sehari, tetapi pertempuran tetaplah pertempuran. Banyak energi terkuras, baik fisik maupun psikis.

Terlalu banyak agenda dakwah, sehingga Rasulullah SAW menginginkan segera kembali ke Madinah. Dan dari lokasi tempat rehat pasukan, perlu waktu sehari perjalanan untuk sampai ke Madinah.

Mendengar instruksi Sang Pemimpin, pasukan kaum Muslimin pun berbenah membereskan barang masing-masing. Tidak terkecuali Aisyah, istri Rasulullah SAW, yang saat itu ikut dalam perjalanan bersama Rasulullah SAW.

Segera Aisyah pun membereskan barang-barangnya dan memasukannya ke hawdaj tempat duduknya selama dalam perjalanan. Berbeda dengan yang lain, karena seorang perempuan, apalagi istri seorang Rasul, maka untuk kenyamanan selama perjalanan serta untuk melindunginya dari panas dan angin, Aisyah pun menggunakan hawdaj yang diletakkan di atas unta.

Hawdaj semacam tandu kecil yang diletakkan di punggung unta. Berbentuk kubus yang dibuat dari beberapa batang kayu. Keempat sisi dan sisi bagian atasnya lalu di pasang kain sebagai penutup.

Malam itu, begitu mendengar aba-aba untuk segera berangkat, Aisyah pun segera berbenah. Tapi tiba-tiba perutnya bermasalah. Sesuatu di dalamnya memaksa keluar. Panik tentu saja Aisyah, dan tentu tak bisa ditahannya. Berniat menuntaskan secepat mungkin dan menghitung masih ada waktu sebelum berangkat, maka dia pun segera keluar hawdaj menuju tempat yang aman untuk menuntaskan keperluannya.

Sementara itu, walaupun rasa lelah dan kantuk setelah berperang melawan Bani Musthaliq belum sepenuhnya hilang, pasukan kaum Muslimin segera menaati instruksi Rasulullah SAW. Selain juga memang mereka ingin segera bertemu anak dan istri, setelah berhari-hari mereka tinggalkan.

Begitupun petugas yang menuntun unta yang dinaiki Aisyah, setelah menaikkan hawdaj ke atas unta dibantu seorang rekannya, dia segera menuntun untanya mendekati Rasulullah SAW, di depan pasukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun