Hari-hari ini ketenangan seolah sesuatu yang mahal. Mahal dalam arti susah di dapat dan susah dimiliki. Sepertinya semakin banyak saja orang-orang yang tidak memiliki hati yang tenang. Ketenangan memang bersumber dari hati yang tenang.
Musibah yang datang sungguh beruntun pandemi Covid-19 juga belum menunjukkan akan berakhir, sekarang musibah dari 'kemurkaan' alam beruntun hadir. Banjir, longsor, serta gempa bumi. Begitupun musibah berupa kecelakaan. Kecelakaan yang dialami Sriwijaya Air seolah melengkapi kecelakaan-kecelakaan di darat yang kerap terjadi di jalan tol.
Yang paling membuat miris adalah musibah akibat dari orang-orang yang berhati mati. Demi nafsunya untuk menguasai harta orang lain, lewat menjambret, membegal, merampok, mencuri, tak segan mereka mengayunkan samurai, menusukkan pisau untuk melukai korbannya.
Musibah memang bagian dari skenario Allah Swt. Namun, tetap saja hati ini gelisah, tidak tenang menghadapi kenyataan hidup seperti sekarang ini. Di mana kejadian yang tidak diharapkan bisa terjadi kapan saja. Setidaknya itu yang saya rasakan. Dan itu pulan yang membuat saya menulis ini.
Sebagai seorang Muslim saya selalu mentadaburi al-Qur'an untuk mencari solusi dari setiap persoalan. Karena saya yakin, al-Qur'an yang menjadi way of life atau petunjuk hidup, tentu mempunyai informasi untuk melakukan sesuatu.
Dan, berkaitan dengan ketenangan yang mahal ini, saya menemukan satu ayat dalam al-Qur'an yang memberikan solusi supaya hati menjadi tenang. Ayat itu ada di surat ar-Ra'du.
"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'du: 28)
Ayat ini menyebutkan bahwa untuk mencapai ketenangan hati adalah dengan berzikir. Terus terang, bagi saya sendiri ayat ini masih 'abstrak', maksudnya belum langsung memahami bahwa hanya dengan zikir, hati langsung merasa tenang.
Saya pun terus 'mencari' makna yang dikandung dalam ayat 28 surat ar-Ra'du di atas. Melalui beberapa kitab tafsir dan kitab-kitab hadits dan tentu bertanya ke orang-orang yang saya anggap guru. Dan juga, semoga ada pembaca yang memberi pencerahan tentang ini.
Makna zikir secara bahasa adalah mengingat. Mengingat Allah swt. Lalu, dalam upaya pencarian itu saya mengingat nama-nama Allah Swt. yang disebut Asma ul-Husna. Dari 99 Asma ul-Husna itu, saya mengingat setidaknya 2 asma atau nama Allah Swt. yaitu al-'Aliim (Yang Maha Mengetahui), dan al-'Adil (Yang Mahaadil), yang saya hubungkan dengan 'membuat hati menjadi tenang'.
Maksudnya bagaimana?
Pertama, Allah Maha Mengetahui (al-'Aliim). Apa pun yang terjadi di dunia ini, tidak ada satu pun yang luput dari pengawasan Allah Swt. Yang telah terjadi maupun yang akan terjadi, semuanya diketahui-Nya. Termasuk apa yang akan terjadi pada diri kita, besok, lusa, bulan depan, atau tahun depan. Termasuk apa yang terjadi pada kita, pasca kita mengalami suatu musibah.