Yang Benar Pasti Menang?
Kebenaran pasti menang, pun kejahatan pasti kalah. Ungkapan tersebut sering kita dengar dan kita yakini kebenarannya. Bahkan itu sudah tercetak dalam pikiran kita sejak kecil, sejak kita mampu mencerna jalan cerita sebuah film atau novel.
Masih inget kan, film 'Satria Bergitar'nya Rhoma Irama?
Hehe... yang jawab inget, pasti sudah tua.
Itu hanya contoh saja. Rhoma, Sang Pahlawan, Sang Pembela Kebenaran, di ujung film dia menang, bahagia.
Ungkapan di atas memang seolah menjadi plot wajib bagi setiap penulis novel atau sutradara. Bahwa, si penjahat harus kalah dan si pahlawan harus menang. Sangat jarang film atau novel yang endingnya memenangkan si penjahat. Bahkan, perasaan saya belum pernah nonton film atau baca novel, yang pemeran antagonis yang menang.
Tidak ada yang salah dengan ungkapan di atas. Dan, emang ga salah.
Benar kok, yang benar itu pasti menang.
Lalu masalahnya di mana, kok judulnya pake tanda tanya?
Masalahnya, kalau ungkapan di atas dimaknai secara sederhana, simpel, to the point, apa adanya, saenae dewe. Pokoke sing bener kudu menang. Tidak bisa tidak, yang benar kudu menang.
Itu masalahnya.