Dalam surah al-Hajj, surah ke-22, ayat ke-73, Allah Swt. menyindir orang-orang Quraisy penyembah berhala, bahwa sesembahan (tuhan-tuhan) mereka tidak akan dapat menciptakan seekor lalat, makhluk Allah yang kecil. Bahkan, jangankan menciptakannya, untuk merebut kembali apa-apa yang sudah diambil lalat pun, tuhan-tuhan mereka tidak akan sanggup.
Allah Swt. berfirman, "Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah." (Qs. Al-Hajj/22: 73)
Ini bentuk sindiran yang sangat keras. Allah menantang berhala yang disembah Quraisy untuk merebut (merampas) kembali apa yang telah diambil lalat dari berhala-berhala itu.
Apa yang diambil lalat dari berhala-berhala itu?
Dalam tafsir Jalalain dijelaskan, yang diambil lalat itu adalah minyak za'faron yang dilumurkan pada berhala-berhala.
Sekarang kita berandai-andai berusaha merebut kembali minyak za'faron yang sudah diambil (dihisap) oleh lalat.
Pertama kita membutuhkan alat khusus yang bisa menangkap lalat dalam keadaan hidup. Kenapa? Karena kalau tidak hidup, akan sulit mengambil za'faron yang sudah dihisapnya. Berarti alat khusus itu harus bergerak cepat yang bisa mengalahkan kecepatan lalat, dan harus bersifat lembut supaya tidak membunuh lalat.
Alat apa? Berupa apa?
Sungguh! Belum ada alat seperti itu sampai saat ini.
Tapi, baiklah! Katakanlah teknologi sudah menemukan alat khusus penangkap lalat itu, yaitu berupa senjata jaring, seperti senjatanya superhero Spiderman. Tentu jaringnya harus terbuat dari bahan yang lembut supaya tidak merusak tubuh lalat dan bisa bergerak cepat, melebihi kecepatan terbang lalat.