Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merdeka dengan Menulis, Menulis untuk Merdeka

24 September 2020   13:48 Diperbarui: 24 September 2020   13:50 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KITA MENULIS, Merdeka Menulis

Ulang tahuh kemerdekaan yang ke-75 tahun ini memang dirasakan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pandemi Covid-19 yang melanda sejak awal tahun, belum menunjukkan akan berakhir. Bahayanya virus Covid-19 membuat semua membatasi diri, sehingga aktivitas pun terbatas. Bukan hanya aktivitas pribadi, tetapi juga aktivitas perusahaan, industri, perdagangan bahkan pemerintahan pun terimbas.

Manusia adalah makhluk yang istimewa. Istimewa sejak Allah SWT menciptakannya. Istimewa dengan dibekali akal, nurani dan perasaan. Salah satu keistimewaan manusia adalah selalu mencari solusi dari setiap keterbatasan. Lihat saja sekeliling kita, semua benda yang ada semuanya hasil daya pikir manusia untuk melewati keterbatasan yang dihadapinya. Sepeda motor, mobil, pesawat adalah contoh hasil kreativitas manusia dalam menyiasati keterbatasan transportasi.

Dalam kondisi kehidupan yang serba terbatas karena pandemi Covid-19 ini pun, telah lahir berbagai aktivitas alternatif untuk melawan keterbatasan. Sekolah tidak bisa dilaksanakan secara tatap muka, disiasati dengan pengajaran jarak jauh memanfaatkan teknologi internet. Begitupun aktivitas perdagangan, bisnis, dan lain-lain. Selama ada keinginan untuk terus berkarya, bagi manusia yang telah Allah SWT anugerahkan akal, tidak ada yang namanya hambatan. Akal manusia yang melahirkan daya pikir adalah sesuatu yang tidak bisa dihambat dan dibatasi.

Salah satu aktivitas yang cukup marak di masa pandemi ini adalah aktivitas menulis. Walaupun, setahun-dua tahun sebelum pandemi pun geliat aktivitas menulis sudah terlihat. Kebijakan WFH (work from home) dan social distancing, memancing kegairahan untuk menulis. Apalagi sekarang bermunculan pula penerbit-penerbit indie yang memudahkan para penulis pemula untuk menerbitkan naskah yang ditulisnya.

Kegairahan menulis ini semoga saja mengangkat derajat negara kita tercinta ini dari jurang klasifikasi negara dengan budaya literasi terendah. Semakin banyak penulis lahir dan semakin banyak buku diterbitkan, menunjukkan budaya literasi masyarakat kita sudah meningkat. Walaupun masih banyak tantangan untuk menyamai negara-negara yang budaya literasinya tinggi, seperti Jepang, Korea atau Inggris.

Semangat itu yang mendasari 75 orang dosen, yang sengaja menulis khusus dengan tema yang sama tentang kepenulisan dan kemudian diterbitkan menjadi buku dengan judul 'KITA MENULIS, Merdeka Menulis'. Diterbitkan bertepatan dengan hari ulang tahun kemerdekaan RI yang ke-75. Sehingga jumlah dosen yang dipilih untuk menulis sebanyak 75 orang, tentu bukan tanpa alasan. Sengaja angka 75 dipilih supaya semangat kemerdekaannya lebih terasa.

Tujuh puluh lima dosen yang diundang untuk menulis ini semuanya bernaung di bawah Yayasan Kita Menulis yang juga menjadi penerbit buku ini. Ketujuh puluh lima dosen ini berasal dari 58 PTN/PTS yang tersebar di 19 Provinsi. Kemudahan berkat teknologi internert memperlancar komunikasi daring di antara mereka, tanpa harus bertemu secara fisik. Jauhnya jarak, yang antar pulau, tidak menyurutkan semangat para dosen untuk turut berkontribusi di hari ulang tahun kemerdekaan, di sela-sela kesibukan mereka.

Secara umum naskah atau artikel itu ada 3 jenis, yaitu artikel ilmiah, artikel populer dan artikel ilmiah populer. Artikel ilmiah, kita tahu dari temanya, hasil sebuah penelitian, penuh dengan data, harus didukung referensi yang cukup serta teknis penulisannya pun terikat aturan-aturan kepenulisan yang sudah baku. Beberapa contoh dari naskah ilmiah adalah: skripsi, tesis, disertasi, jurnal, dan laporan.

Artikel populer sangat banyak kita temukan di media-media umum, cetak maupun online. Tidak ada aturan baku dalam penulisan artikel populer, selama itu bersifat informatif dan bermanfaat. Sehingga kita temukan gaya penulisan artikel populer terlihat santai, tidak kaku, beragam sesuai gaya bahasa penulisnya, dan tema-temanya yang ringan. Walaupun begitu, media-media tetap menetapkan syarat tertentu sebelum dimuat, seperti naskah tetap harus mengikuti aturan PUEBI dan jumlah tertentu untuk karakter atau kata.

Artikel ilmiah populer, ini sebenarnya gabungan dari kedua jenis naskah: ilmiah dan populer. Artikel ilmiah populer dilihat dari teknis penulisan mengikuti gaya penulisan artikel populer yang tidak baku, santai, lebih bersifat menghibur tetapi secara isi sangat informatif sebagaimana artikel ilmiah dan disertai sejumlah data atau referensi.

Buku setebal 332 halaman ini, menurut hemat saya masuk pada jenis tulisan atau artikel ilmiah populer. Saya mengambil kesimpulan tersebut, karena 75 artikel yang ada di buku ini semuanya ditulis dengan gaya bahasa atau gaya penulisan penulis (dosen) masing-masing, penerbit tidak mengharuskan aturan tertentu. Tema yang diangkat hampir semua berupa motivasi untuk menulis. Beberapa saja yang berisi tentang tips atau kiat menulis.

Yang unik dari buku ini, menurut saya adalah para penulisnya. Kita tahu dosen itu profesi yang selalu berkecimpung dengan dunia akademik dan ilmiah dengan melakukan penelitian maupun menuangkan laporan penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah seperti jurnal. Namun, sekarang mereka dituntut untuk menulis artikel yang ringan, yang lebih populer, yang 'enak' dibaca namun isinya tetap ilmiah. Sehingga walaupun tema tulisan-tulisan mereka berupa motivasi atau tips menulis, karakter 'keilmiahan' seorang dosen tetap terbawa. Seperti artikel yang ditulis oleh Tuti Agustin, seorang dosen di Universitas Sebelas Maret.

Artikel yang ditulis oleh Tuti Agustin dengan judul 'Bagaimana Cara Menulis Buku: Kiat-kiat dan Alat Bantunya', walaupun ditulis dengan gaya ringan namun tetap ilmiah karena didasari pengalamannya selama menjadi editor dan reviewer jurnal ilmiah baik nasional maupun internasional. Tulisan yang berdasarkan pengalaman juga ditulis oleh Agung Nugroho Catur Saputro dengan artikel berjudul 'Kisah Pengalamanku Menjadi Seorang Penulis: Berawal dari Penulis LKS menjadi Penulis Buku', yang mengisahkan pengalamannya menulis sampai mendapatkan royalty ratusan juta dari buku yang ditulisnya.

Buku ini sangat layak dibaca, terutama bagi para penulis pemula. Karena, berisi motivasi, bagaimana dengan menulis itu banyak hal bisa diraih: sebagai ekspresi jiwa, sebagai ibadah, sebagai bentuk sumbangsih pada negara dan motivasi-motivasi lain yang dapat menambah semangat untuk menulis. Walaupun masih banyak kendala yang dihadapi seorang penulis di Indonesia.

Kendala sebagai penulis di negeri ini ditulis oleh seorang dosen dari Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi bernama Irwan Kurniawan Soetijono di artikel berjudul 'Penulis (Belum) Merdeka'. Beliau menulis beberapa kendala yang dihadapi seorang penulis saat ini, yaitu daya baca atau daya beli masyarakat pada buku masih sangat rendah, selera orang Indonesia yang sulit ditebak karena selalu mengikuti tren, pajak penulis yang tinggi serta masih banyaknya pembajakan buku.

Nilai lebih dari buku ini adalah kata pengantar yang disampaikan oleh dua orang Rektor, yaitu Prof. Dr. Jamal Wiwiho, S.H., M.Hum, Rektor Universitas Sebelas Maret dan Prof. Dr. Sihol Situngkir, MBA., Rektor Universitas Katolik Santo Thomas Medan. Kedua rektor tersebut sangat antusias dengan terbitnya buku. Pengakuan kedua rektor ini menjadi jaminan tersendiri akan kualitas dari buku.

Buku ini menambah bukti bahwa aktivitas menulis menjadi salah satu yang bisa kita lakukan untuk turut mengisi kemerdekaan dan mengangkat derajat Indonesia sehingga setara dengan negara-negara lain yang sudah maju. Dengan membaca buku ini, diharapkan muncul penulis-penulis baru yang penuh semangat melahirkan karya pena yang bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun