Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Children See Children Do

28 Juli 2020   16:32 Diperbarui: 28 Juli 2020   16:26 1046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ada sebuah ungkapan dalam bahasa Inggris, 'Children See Children Do'. Tentu banyak yang sudah mengetahui ungkapan tersebut, terutama Anda yang berkecimpung dalam dunia parenting khususnya tentang perkembangan anak. 

Arti dari ungkapan tersebut adalah apa yang dilihat anak, maka itulah yang dilakukan. Ungkapan ini menunjukkan bahwa anak itu seorang peniru. Apa pun yang dilihatnya akan dilakukannya.

Sengaja saya menulis tentang ungkapan ini, karena sepertinya sangat penting untuk diingatkan kembali. Terutama berkaitan dengan kondisi anak-anak yang masih belajar secara daring. Tulisan ini untuk mengingatkan saya sendiri, sebagai seorang tua, dan orang tua-orang tua lain yang kebetulan membaca tulisan ini.

Sudah dipastikan saat ini, sehari semalam alias 24 jam anak-anak berada di rumah. Dan tentu selama 24 jam itu mereka berinteraksi dengan kita, orang tua dan anak-anak yang lain (saudaranya). Kalau kebetulan anak tunggal, tentu interaksinya hanya dengan orang tua. Kalaupun ada yang lain paling asisten rumah tangga.

Nah, di sinilah poin yang ingin saya tekankan dalam tulisan ini. Terutama untuk Anda yang memiliki anak-anak yang berusia di bawah 10 tahun. Mengapa? Karena sifat peniru mereka masih sangat kuat. Children see hildren do. Apa yang mereka lihat dari orang tuanya itu yang mereka rekam, dan suatu saat mereka akan melakukan hal tersebut.

Hati-hati dalam bersikap, hati-hati saat berbicara, hati-hati dalam berpakaian. Intinya hati-hati dalam apa pun, karena itu semua akan dilihat oleh anak-anak kita. Tentu butuh kesabaran yang ekstra untuk itu, kecuali bagi yang sudah membiasakan tata karma atau sopan santun dalam kehidupan sehari-hari.

Tentu kita menginginkan anak yang saleh. Dan dari ungkapan di atas, untuk mencapai itu seorang anak tidak butuh nasihat atau pelajaran secara verbal. Namun, perlu contoh yang konkret. Kita menginginkan anak yang selalu melaksanakan salat lima waktu, maka beri contoh lah oleh kita. 

Kita ingin anak kita kalau berkata sopan, maka kita pun harus berbicara sopan. Kita menginginkan anak kita tidak terus-terusan memegang gadget, maka tunjukkan padanya kita memegang gadget seperlunya. Begitu pun untuk hal-hal yang lainnya.

Bukan berarti saat anak-anak sekolah normal, hal ini tidak perlu dilakukan, tetapi karena mereka sekarang ada bersama kita sepanjang waktu. Maka, hal ini perlu kita perhatikan secara lebih serius.

Buah tidak akan jatuh dari pohonnya. Ungkapan ini walaupun lebih menunjukkan sifat dan karakter seorang anak yang tidak akan berbeda jauh dengan karakter orang tuanya. 

Namun, sejalan dengan ungkapan 'Children See Children Do', karena karakter terbentuk dari kebiasaan. Kebiasaan terbentuk dari melakukan hal yang sama secara berulang. Dan, seorang anak akan melakukan hal yang dia lihat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun