Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

3 Sunnah dalam Kehidupan

9 Juli 2020   15:18 Diperbarui: 9 Juli 2020   15:30 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hukum Tolak Menolak (Sunnah Tadafu')

"Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam" (QS Al-Baqarah: 251)

Di alam kita mengenal predator, binatang pemangsa dalam sebuah ekosistem. Jika hewan kehilangan predatornya maka hewan itu akan berbahaya. Contoh: wereng sejak jaman dulu sudah ada. Wereng menjadi berbahaya ketika manusia menggangu predator wereng seperti menangkapi burung, membunuh katak dan lain-lain. Akibatnya rusaklah keseimbangan alam.

Di dalam islam, hal ini disebut dengan sunnah tadafu', sunnah yang terjadi antar makhluk untuk saling ber-tadafu', berkonfrontasi, berebut dan saling memangsa.

Dalam alqur'an, ayat tentang sunnah tadafu' selalu berada dalam rangkaian ayat tentang jihad. Salah satunya adalah kisah fenomenal, tentang Thalut, Jalut dan Daud dalam surat Al-Baqoroh ayat 246 sampai dengan ayat 251.

"Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah".

Nabi mereka menjawab: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang kamu tidak akan berperang". Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari anak-anak kami?". Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling kecuali beberapa saja diantara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang zalim."

Ketika muncul seorang penguasa zalim yang menindas rakyatnya dan membuat berbagai kerusakan di muka bumi, maka Allah Swt. mengirimkan kepadanya orang yang mengingatkannya dan menghentikan perbuatan zalimnya itu. Bisa jadi orang yang diutus Allah untuk menghentikan perbuatan si zalim itu adalah seorang yang adil, atau bisa juga orang yang zalim juga seperti penguasa itu.

Kapan Allah Swt. mengirim pemimpin dan penguasa yang adil? Jawabnya, ketika umat Islam mau kembali dan taat kepada hukum dan ketentuan Allah Swt. Hal ini ditegaskan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya,

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS Al-A'raf: 96).

Allah Swt. mengutus Nabi Ibrahim as. kepada Namrud yang tiranis, mengirim Nabi Musa as. kepada Fir'aun yang sombong lagi menindas, menyuruh Thalut untuk melawan Jalut yang kejam, dan menghadirkan Nabi Muhammad saw. di tengah-tengah masyarakat Quraisy yang musyrik dan suka membunuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun